Gawat! Kurikulum Pendidikan Indonesia Pun Bisa Punah

Menjemur Buku dan Perlengkapan Sekolah Pasca Banjir
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Indonesia diprediksi meraih bonus demografi pada 2020-2030 mendatang, di mana jumlah angkatan kerja berusia 15-64 tahun mencapai 70 persen. Sementara, sisanya yang 30 persen adalah penduduk tidak produktif, yaitu antara usia 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun.

Merdeka Belajar dan Keterbaikan Masa Depan Bangsa

Tantangan yang akan dihadapi para angkatan kerja produktif ini, salah satunya, pendidikan.

CEO Bukalapak, Achmad Zaky mengingatkan, apabila kurikulum pendidikan di Indonesia tidak berubah mengikuti perkembangan zaman, bukan tidak mungkin, mereka akan 'punah'.

Pentingnya Memberikan Pendidikan Moral dan Karakter Anak Sejak Dini

"Sistem pendidikan harus mengikuti perubahan yang cepat ini. Kalau tidak bisa atau tidak mau, akan ditinggal. Itu yang saya maksud. Jangan hanya mengandalkan hafalan, IPK tinggi. Tonjolkan cara berpikir yang kreatif seperti menyelesaikan sebuah kasus (problem solving)," katanya kepada VIVA.co.id, Rabu, 1 November 2017.

Menurutnya, tak lama lagi perubahan akan terjadi lagi di tahun depan. Perusahaan yang tadinya bisa bertahan selama ratusan tahun, kalau tidak berubah, maka akan puluhan tahun, atau bahkan, tahunan saja bertahan.

Alternatif Menanggulangi Kekerasan di Dunia Pendidikan

Karena, selain persaingan makin ketat, akan muncul bidang atau sektor pekerjaan baru. "Dunia pendidikan harus aware akan hal ini. Mereka harus mau mengakomodir skill-skill baru. Jangan pakai lagi cara-cara dulu," ungkap Zaky, menegaskan.

Sementara itu, mengenai pola pikir orangtua yang menginginkan anak-anaknya bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau di perusahaan BUMN, Zaky melihat jangan 'ditelan mentah-mentah'.

"Harus dilihat dari sisi lain. Ada gaji bulanan atau fixed income. Tapi punya usaha lain harus jalan. Ini tidak, malah ingin jadi PNS atau BUMN. Itu salah menurut saya," jelas Zaky.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya