Ponsel Bikin Nyaman atau Tidak, Studi Membuktikan

Telepon - smartphone - mobile phone - hp - gadget - internet - generasi milenial.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf

VIVA – Ponsel sudah menjadi teman seharian bagi pengguna digital. Dari tidur sampai tidur kembali, ponsel sudah menjadi barang yang melekat bagi pengguna. Apakah ponsel sebenarnya membuat pengguna bahagia dan nyaman atau sebaliknya.

Siap-siap Menyambut Xiaomi 14 di Indonesia

Temuan peneliti dalam studinya Universitas Stanford, Amerika Serikat yang ditampilkan di Behavioral Scientist menemukan, ponsel menjadi sumber kebahagiaan pengguna. Alasannya ponsel memberikan pengguna pemikiran yang luas.

Dikutip dari Cnet, Rabu 3 Januari 2018, untuk sampai pada kesimpulan tersebut, tim peneliti mewawancarai 125 responden dalam sebuah eksperimen yang dibagi dalam tiga kelompok. 

THR Cair Saatnya Beli HP Baru, Harga Rp1,4 juta Sudah Dilengkapi AI

Kelompok pertama, ditempatkan di sebuah ruangan bersama dengan ponsel mereka masing-masing. Responden kelompok ini dibiarkan bebas mengakses ponsel mereka. 

Kelompok kedua, ditinggalkan dengan ponsel mereka di sebuah ruangan, namun mereka tidak diperkenankan untuk menyentuh atau mengakses ponsel mereka. Selanjutnya, kelompok ketiga, ditinggalkan di sebuah ruangan tanpa ponsel apa pun, mereka di ruangan tanpa gadget. 

Terkuak Kebiasaan 1 Keluarga Sebelum Lompat dari Apartemen, Sering Lakukan Hal Ini

Kemudian setelah pengalaman itu, peneliti menanyakan bagaimana perasaan mereka. Responden mengaku mereka tak tahan hidup tanpa ponsel. 

"Peserta melaporkan lebih sulit konsentrasi dan lebih resah tanpa kehadiran perangkat dibandingkan dengan (pengalaman) memakai telepon," kata tim peneliti. 

Dari eksperimen itu, tim peneliti mengambil kesimpulan, kehadiran ponsel bisa mendorong pengguna merasakan pengalaman yang lebih menyenangkan dan produktif dibanding tidak adanya perangkat atau gadget dalam keseharian. 

Peneliti berteori, fenomena pengguna merasakan keresahan tanpa hadirnya gadget, mewakili prinsip dasar manusia yang merupakan makhluk sosial. Manusia butuh aktivitas sosial misalnya berinteraksi dengan yang lainnya. 

Salah satu peneliti studi tersebut, David M. Markowitz sepakat pengembaraan pikiran sangat membantu pencarian hal-hal yang kreatif dan artistik.

Markowitz mengatakan, fenomena ini sesuai dengan temuan studi psikologi, yang mana orang sering melaporkan pengalaman psikologis buruk saat mereka sendirian. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya