Mengapa Perusahaan Kini Rajin Berburu Ilmuwan Data?

Ilustrasi big data
Sumber :
  • www.pixabay.com/Geralt

VIVA – Permintaan untuk pekerja di bidang pengolah data memang sedang meningkat. Kebutuhan ini seiring dengan meledaknya data pada era digital. Hampir setiap perusahaan memiliki bank datanya sendiri sementara data yang diolah pada satu perusahaan bisnis bisa sangat banyak jumlahnya. 

Memburu Teroris dengan Kecerdasan Buatan

Untuk itu, lembaga edukasi dan hiring solution IYKRA mengadakan acara Future Force Fair pada 17-18 Januari 2018 di Jakarta. Acara ini untuk membuka kesempatan bagi orang-orang bisa bekerja di bidang teknologi data teknologi. IYKRA juga mengundang orang-orang yang bekerja sebagai analis data di berbagai perusahaan. 

Sekarang ini beberapa perusahaan seperti Lippo Group dan XL Axiata memiliki pusat pengolahan datanya masing-masing, teknologi untuk mengolah data para penggunanya. Tren era data ini membuat permintaan atas pekerja pengolah data menjadi sangat meningkat. Permintaan pekerjaan sebagai business intelligent, data engineer, data analyst, dan data scientist, menjadi tinggi. 

Startup Anak Bangsa Coba Peruntungan di Bisnis Big Data

"Analisis data tuh sebenarnya sudah dipelajari di universitas (sejak lama), seperti sains, analisis, statistik. Tapi baru lima tahun ini terbukti terpakai di Industri," ujar Managing Director IYKRA, Fajar Jaman, saat ditemui di Jakarta, Kamis 18 Januari 2018.

Fajar menuturkan, kebutuhan akan pekerja teknologi pengolahan data juga bisa dilihat dari situs pencari pekerjaan LinkedIn. Pada situs tersebut, perusahaan yang mencari pekerja-pekerja di pengolah data itu jumlahnya hampir menyamai perusahaan yang mencari akuntan.

Asing Kuasai Teknologi Big Data, RI Masih Tahap Pengembangan

Namun satu masalah dalam pencarian ilmuwan data ini adalah ketersediaan orang untuk mau terjun jauh ke area pengolahan data. Chief Data Officer Lippo Group, Vira Shanty dan timnya mengakui tantangan tersebut. 

Mencari orang yang mau bekerja jadi pengolah data namun mereka kebanyakan tidak punya sikap seorang peneliti yang mau terus mencari tahu dan mau belajar. Vira mengatakan, kebanyakan pencari pekerja itu ingin langsung berhasil, tapi tidak mau mencoba dari bawah. Tantangan tersebut juga diakui oleh Fajar.

"Yang senang belajar banyak. Ada juga mau instan. Enggak bisa begitu perjalanan panjang. Ini yang sulit dari nol ke satu," ujar Fajar.

Jika pada tahap awal sebagai ilmuwan data sudah berhasil, Fajar berpandangan, sebaiknya juga jangan puas diri, karena masih banyak yang bisa dikerjakan lagi setelah itu. Peneliti data membutuhkan orang yang kreatif, realistis, dan mau terus belajar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya