Badan Siber Endus 3 Serangan Siber Jelang Pilpres 2019

Ilustrasi serangan siber.
Sumber :
  • KFGO.com

VIVA – Badan Siber dan Sandi Negara memprediksi tiga serangan siber yang akan menghantui pada pemilihan legislatif dan presiden maupun wakil presiden (pileg dan pilpres) 2019. Ketiganya adalah hack, leak, dan amplify.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

"Hack, melakukan proses peretasan terhadap infrastruktur penghitungan suara," kata Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara, Sulistyo, di Jakarta, Rabu, 12 Desember 2018.

Kemudian, leak. Ia mengatakan artinya upaya suatu pihak membocorkan informasi. Leak informasi, lanjut Sulistyo, bisa dari penyelenggara pemilu ataupun pesaing peserta pemilu.

Pejabat Korsel, AS, dan Jepang Ngumpul di Washington, Bahas Ancaman Siber Korut

Sedangkan, amplify adalah memviralkan sejumlah data pribadi salah satu peserta pemilu. Kasus ini sering terjadi di Indonesia.

"Amplify berhubungan dengan informasi pribadi milik pesaing atau kompetitor, lalu diviralkan dan menjadi kampanye hitam atau black campaign," ujarnya. Adapun serangan dari luar negeri saat pemilu, Sulistyo menyebutkan kemungkinan tersebut pasti ada.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Namun, bukan hanya dari pihak negara lain tapi berpura-pura seperti berasal dari luar wilayah Indonesia. "Artinya, bisa jadi IP address-nya dari luar negeri, tapi belum tentu dari sana. Bisa saja cuma IP yang dioperasikan melalui satu negara," kata Sulistyo.

Ia mengakui, BSSN mengamati sejumlah kejadian pemilihan umum di negara lain sebagai cara melihat pola dan statistik serangan. Beberapa di antaranya Brexit di Inggris dan Pilpres 2016 di Amerika Serikat.

Dari situ akan terlihat deteksi ancaman yang akan terjadi di Indonesia. "Dari statistik yang masuk itu 40 persen serangan yang masuk itu bentuknya malware. Jadi bisa virus, trojan, bot, dan terakhir ransomware," tegas Sulistyo. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya