Benarkah Kini Media Sosial Mudah Diretas?

Ilustrasi sejumlah ikon media sosial.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Belakangan ini makin sering terjadi peretasan yang melanda para figur publik. Sebelum pencoblosan 17 April 2019, beberapa akun media sosial politikus kubu capres 02 mengeluhkan jadi korban peretasan. 

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

Selepas coblosan, giliran istri komedian Andre Taulany, Erin Taulany yang mengaku akun Instagramnya diretas. Kepada Polda Metro Jaya, Erin mengaku postingan di Instastory yang menghina Prabowo Subianto muncul karena akun Instagramnya diretas. Apakah benar media sosial kini mudah atau gampang dibobol. 

Pakar teknologi informasi Ruby Alamsyah menuturkan, umumnya akun platform media sosial seperti Instagram, Twitter maupun Facebook menggunakan email pengguna sebagai identifikasi dan autentikasi. 

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Untuk itu, Ruby yang merupakan Pendiri, Kepala Eksekutif dan Chief Digital Forensic PT Digital Forensic Indonesia (DFI) berpandangan, email merupakan sentral dalam akun media sosial. Selain sebagai pintu masuk untuk media sosial, email juga bisa menjadi pintu masuk bagi peretas, jika pengguna atau pemegang akun lengah dalam keamanan. 

"Jadi, celah utama dari akun platform media sosial sebenarnya di akun email pengguna itu sendiri," jelasnya kepada VIVA, Rabu 24 April 2019. 

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

Dia mengatakan, bila email pengguna dapat dengan mudah diretas, maka akun media sosial dengan mudah pula dibobol. 

Namun demikian, dia mengatakan, tidak semua platform media sosial cuma mengandalkan email saja sebagai identifikasi dan autentikasi. Belakangan ini, platform media sosial meningkatkan keamanan berlapis, misalnya autentikasi dua langkah yang melibatkan nomor ponsel pengguna atau pemegang akun. 

Menurutnya, dengan keamanan berlapis ini, pengguna akan mendapatkan notifikasi tiap ada aktivitas yang tidak normal pada akun tersebut. Langkah ini paling tidak mengurangi dampak merugikan yang diterima pengguna.

"Bila platform tersebut menggunakan teknik keamanan yang berlapis, biasanya aktivitas tidak lazim misalnya akses dari device berbeda, dari lokasi/negara berbeda, akan meminta autentikasi dari data lain, bisa berupa nomor handphone," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya