Startup hingga Perbankan Beralih ke Open Source, Murah dan Efisien

Ilustrasi software open source.
Sumber :
  • es.123rf.com

VIVA – Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau IP-TIK Nasional 2017, masih rendah, atau berada di level 4,99 dari skala 1-10.

Ketahui Manfaat dan Risiko Saham Blue Chip, Dapatkan Dividen yang Konsisten

Sedangkan pada tingkat global, Indonesia berada di urutan ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara, dalam daftar The Global Competitiveness Report 2018, yang dikeluarkan World Economic Forum.

Salah satu tantangan Indonesia menyambut revolusi industri 4.0 adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di industri teknologi informasi menjadi tantangan besar untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar US$150 miliar atau Rp2.100 triliun pada 2025.

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Tidak hanya SDM, diperlukan juga edukasi mengenai keunggulan perangkat lunak atau software berbasis open source bagi kebutuhan sumber daya di bidang teknologi informasi.

Tujuannya supaya menghindarkan risiko kesalahan implementasi akibat minimnya informasi serta membantu mengembangkan ekosistem teknologi berbasis open source.

Swiss German University Dukung Revolusi Industri 4.0 di Indonesia!

Kemandirian

Menurut Kepala Eksekutif PT Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang, keuntungan menggunakan software open source adalah kemandirian. Ia mengatakan, tidak ada ketergantungan, paksaan maupun kepasrahan, karena tidak memiliki pilihan.

Dengan kata lain, sofware open source telah memberikan kebebasan, pilihan, kejujuran, kemerdekaan, tanpa ada ketergantungan terhadap vendor. Apalagi, saat ini open source mulai banyak menjadi solusi alternatif di banyak infrastruktur teknologi informasi dan memberikan keuntungan lebih baik.

"Software berbasis open source menjadi jawaban dari ketimpangan sistem lisensi software yang cenderung kurang adil dan bersifat kapitalistik. Masa depan solusi ini sangat prospektif, terlebih di era revolusi industri 4.0," kata Julyanto di Jakarta, Rabu 27 Maret 2019.

Karena itu, perusahaan penyedia jasa solusi teknologi informasi berbasis tersebut memberikan edukasi soal proses migrasi dari Database Management System (DBMS) Oracle ke PostgreSQL terhadap sebuah sistem produksi kritikal, di mana hal itu bukanlah perkara mudah.

Julyanto menambahkan performa PostgreSQL mampu bekerja lebih unggul dibandingkan dengan database Oracle. Selain kemandirian berkat lisensi non-komersial berbasiskan open source, PostgreSQL memiliki skalabilitas lebih baik dibandingkan dengan Oracle.

Hemat Rp300 miliar

Ia juga menuturkan terjadinya revolusi industri hanya bisa terjadi dengan bantuan software open source. Julyanto memberi contoh jika saat ini semua perusahaan rintisan atau startup hanya mau menggunakan software open source dengan alasan murah.

Selain startup, beberapa perusahaan besar seperti perbankan dan manufaktur, secara perlahan, beralih ke software open source demi efisiensi produksi. Penghematan akibat peralihan dari software lisensi berbayar ke open source diklaim Julyanto bisa menghemat sekitar Rp300 miliar.

Julyanto mengaku software lisensi berbayar membuat pengguna repot ketika muncul masalah yang mana masalah itu hanya bisa diatasi perusahaan pemegang lisensi.

Sebab, yang mengetahui letak permasalahan dari software ini hanyalah pemilik lisensi. Inilah yang membuat biaya pemeliharaan software lisensi berbayar menjadi besar.

"Berbeda dengan open source yang arsitektur software-nya transparan dan bisa diketahui pengguna. Jika ada masalah bisa ditangani sendiri, atau pihak yang sudah terlatih tentunya," ungkap Julyanto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya