- eurasiantimes
VIVA Digital – Rusia memasang modem 4G dengan SIM card atau kartu SIM milik operator seluler Kyivstar dari Ukraina pada drone Shahed yang sarat bahan peledak, sehingga memungkinkannya untuk membonceng jaringan seluler sipil dan membuatnya lebih canggih serta berbahaya.
Dilansir dari Forbes, Selasa, 5 Desember 2023, tidak ada alasan bagi Ukraina untuk tidak meniru Rusia. Drone yang terhubung ke jaringan 4G sipil lebih berbahaya.
Teknisi angkatan udara Ukraina menemukan sesuatu yang baru dan aneh ketika mereka memeriksa reruntuhan pesawat tak berawak Shahed milik Rusia yang ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina.
Shahed, yang dicat hitam untuk membantunya menyatu dengan langit malam, adalah salah satu dari ratusan pesawat tak berawak seberat 440 pon yang dilemparkan Rusia ke kota-kota Ukraina dalam 22 bulan sejak Rusia melancarkan perang terhadap Ukraina.
Yang aneh dari Shahed ini adalah modem 4G yang dipasangkan dengan kartu SIM Kyivstar. Shahed yang digerakkan oleh baling-baling seharusnya tidak memerlukan modem: drone yang dipandu satelit ini sangat otonom dan tidak perlu mengirimkan data - umpan video, misalnya - kembali ke operator selama penerbangan panjangnya.
Namun, jika Shahed dapat merelay video, hal ini dapat memberikan kesempatan bagi operator untuk menyesuaikan arah drone-dan mendorongnya ke arah target yang paling rentan. Membonceng pada jaringan sel 4G milik musuh mungkin merupakan metode termurah dan termudah untuk menghubungkan drone ke operator, dan yang paling sulit untuk diretas atau macet.
Mungkin juga modem-SIM-combo adalah alat bantu navigasi otonom. Dengan melakukan ping ke menara seluler, drone dapat melakukan triangulasi lokasinya dan mengurangi ketergantungan pada satelit. Peningkatan ini akan mengatasi masalah yang sudah jelas: Ukraina mengacaukan hubungan satelit Rusia.
Apa pun tujuan penambahan Shahed, ada kemungkinan angkatan udara Ukraina sudah mengetahuinya. "Tidak selalu perlu untuk mengungkapkan apakah kami mengetahui sesuatu atau tidak," kata Yuriy Ignat, juru bicara angkatan udara.
Dan pengembangan ini mungkin akan merugikan upaya perang Rusia, dengan mendorong Ukraina untuk membuat drone peledak dengan teknologi 4G sendiri. Ukraina kecil dibandingkan dengan Rusia dan amunisi serangan dalam Rusia sudah dapat menjangkau seluruh Ukraina.
Semua ini menunjukkan bahwa Kremlin tidak terlalu membutuhkan drone seluler.
Sebaliknya, senjata serangan dalam Ukraina sendiri cenderung tidak dapat menjangkau lebih jauh dari Moskow, 350 mil dari perbatasan Ukraina.
Sebuah drone berbaling-baling seberat 400 pon-yang jelas memiliki kemampuan untuk diproduksi oleh Ukraina-dapat terbang selama 24 jam penuh dengan muatan bahan peledak yang setara dengan peluru artileri, sehingga memungkinkannya untuk menjangkau jarak hingga ribuan mil.
Pada jarak yang ekstrem, pemandu dan pembagian data mungkin menjadi tantangan. Tetapi tidak jika drone mengendarai jaringan seluler. Selundupkan cukup banyak kartu SIM Rusia, dan Ukraina dapat membuat drone selulernya sendiri yang bisa meledak, dan memperluas serangannya ke seluruh Rusia.
