Investor Gojek Suntik Dana ke Startup Fintech Kakap Jerman

Tencent Holdings Ltd.
Sumber :
  • REUTERS/Jason Lee

VIVA – Raksasa teknologi China, Tencent Holdings Ltd., menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan yang bergerak di teknologi keuangan atau startup fintech Jerman, N26.

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Ini, sekaligus memperkuat kuku bisnis Tencent di Benua Biru Eropa. Tencent juga merupakan salah satu investor Gojek, di mana mereka menggelontorkan dana sebesar US$150 juta atau Rp2 triliun ke perusahaan milik Nadiem Makarim itu pada Juli 2017.

Langkah tersebut, sekaligus memperluas kehadiran Tencent di Eropa, melalui investasi di startup bank digital atau bank yang hanya mengandalkan aplikasi ini.

Inovasi untuk Menciptakan Produk yang Sesuai Kebutuhan

Startup yang berpusat di Berlin, Jerman, itu berhasil mengumpulkan dana US$160 juta (Rp2,2 triliun) dalam putaran pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Tencent bersama perusahaan asuransi Jerman, Allianz.

Kiat Bijak Memilih Layanan Pinjaman Fintech: Produktif atau Konsumtif?

Sejak resmi ke publik pada Januari 2015, N26 telah memiliki 850 ribu nasabah dan berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga sebesar US$215 juta (Rp3,01 triliun) hingga sekarang.

Adapun bisnis utamanya meliputi devisa, tabungan, asuransi, dan kredit. Investor lain yang sudah menanamkan duitnya di N26, antara lain Horizons Ventures, yang didirikan konglomerat Hong Kong Li Ka-shing, dan Valar Ventures yang didirikan oleh Peter Thiel, co-founder PayPal.

Berkat tambahan dana tersebut membuat N26 menjadi startup fintech dengan ekuitas terbesar di Jerman saat ini. Menurut Chief Executive Officer dan Co-founder N26, Valentin Stalf, dana tersebut akan digunakan untuk keseluruhan strategi pertumbuhan perusahaan dan ekspansi internasional.

N26 memang berambisi masuk pasar Inggris Raya dan Amerika Serikat dan Inggris, yang rencananya dilakukan pada semester I 2018.

Selain itu, Stalf menuturkan, N26 juga akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memperkuat bisnis perbankan ritelnya agar lebih mudah transaksi serta bisa dinikmati nasabah maupun calon nasabah.

"Kami berencana ingin memiliki lima juta nasabah sampai tahun 2020. Sementara, untuk volume transaksi, saat ini sudah lebih dari 9 miliar euro (Rp147,6 triliun). Tahun ini, kami mau meningkatkannya menjadi 13 miliar euro (Rp213,2 triliun)," kata Stalf, seperti dikutip China Daily, Rabu 23 Mei 2018.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya