Grab Ventures Kucurkan Dana untuk Startup, Bidik Indonesia

Kantor Uber dan Grab di Singapura.
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su

VIVA – Layanan aplikasi berbasis transportasi, Grab, meluncurkan unit akselerator dan investasi yang disebut Grab Ventures.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Sebelumnya, kompetitor Gojek ini telah melakukan investasi maupun akuisisi terhadap sejumlah perusahaan rintisan atau startup seperti Drive.ai asal Amerika Serikat, Kudo dari Indonesia, serta iKaaz yang berbasis di India.

Head of Grab Ventures, Chris Yeo, mengatakan pihaknya akan berinvestasi di 8-10 perusahaan selama 24 bulan ke depan.

Viral Curhat Penumpang Dipaksa Transfer Uang Rp100 Juta oleh Driver Taksi Online

Yeo juga menawarkan berbagai jenis dukungan, seperti menawarkan program akselerator untuk perusahaan "dalam tahap pertumbuhan" dan memainkan tangan yang menginkubasi layanan baru di dalam Grab.

Logo Grab Indonesia.

GoTo Rugi Rp 90 Triliun pada 2023, Manajemen Ungkap Penyebabnya

"Sebelum akhir tahun ini kami akan memperkenalkan empat sampai enam perusahaan. Ini per batch rencananya," kata Yeo seperti dikutip Techcrunch, Selasa, 5 Juni 2018.

Dari sisi rekanan atau mitra, Grab telah menggandeng lembaga milik pemerintah Singapura, Media Komunikasi dan Pengembangan Informasi (IMDA) dan Enterprise SG.

“Tujuan kami adalah untuk membangun startup baru di dalam Grab dan membantu startup tahap pertumbuhan yang menjanjikan. Kami ingin mereka tumbuh dari pemimpin lokal menjadi juara regional dan penantang global," tegas Yeo.

Ia juga mengaku Grab Ventures mendukung 8-10 perusahaan yang dikelolanya yang sejalan dengan bisnis Grab. Meskipun layanan keuangan sepertinya menjadi fokus utama sejak Grab telah membangun bisnis yang kuat dalam taksi, logistik, dan yang paling baru, pengiriman makanan.

Grab driver

"Bisnis mereka (startup) akan mengidentifikasi peluang menggunakan timnya di delapan pasar yang Grab hadir. Sementara Singapura, di mana Grab berkantor pusat, adalah fokus utama untuk bisnis bersama Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara keempat terbesar di dunia," jelasnya.

Yeo ingin membantu membangun ekosistem perusahaan di Asia Tenggara, wilayah lebih dari 600 juta konsumen di mana ekonomi internet diperkirakan tumbuh dari US$50 miliar per tahun pada 2017 menjadi lebih dari US$200 miliar pada 2025.

Sementara pertumbuhan layanan berbagi transportasi atau ride-hailing diperkirakan meningkat menjadi US$20 miliar pada 2025, atau naik dari tahun lalu yang hanya US$5 miliar.

"Kami menargetkan mencapai skala dengan lebih dari 100 juta unduhan dengan lebih dari 200 kota ingin membantu startup lainnya bangkit," papar Yeo. (an)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya