Startup Ini Ingin Blockchain Merevolusi Pertanian Indonesia

Startup TFP
Sumber :
  • VIVA/Bobby Andalan

VIVA – Teknologi blockchain bukan cuma milik sektor perbankan saja. Teknologi ini kini tengah ramai diperbincangkan. Tak hanya sekadar menjadi perbincangan, blockchain kini mulai diterapkan di sektor pertanian Indonesia. Teknologi ini diharapkan menjadi arah baru pengembangan sektor industri pertanian ke depan.

Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024

Perusahaan rintisan yang mengenalkan blockchain ke sektor pertanian yakni The Funding Partners (TFP). Teknologi blockhcain awalnya berkembang untuk sektor perbankan. 
 
Kepala Eksekutif The Funding Partners, Jim Edwards mengatakan, perusahaannya ingin memimpin era baru revolusi industri pertanian melalui teknologi blockchain.

"Kita tahu potensi pertanian Indonesia sangat besar, tapi permasalahannya juga kompleks," kata Edwards di sela-sela acara MoU (Mutual of Understanding) TFP International dengan TFP Indonesia di Hotel Prime Sanur, Denpasar, kemarin.
 
Edwards melanjutkan, para petani Indonesia juga masih dihadapkan masalah panjangnya rantai distribusi. Mereka masih harus berhadapan dengan tengkulak yang mempermainkan harga. Di sisi lain, ada juga masalah ketidakmerataan data dan ketidakseragaman informasi terkait dengan kapasitas, pasar dan pembiayaan bagi seluruh pemain di sektor pertanian.
 
"Maka, berkembangnya teknologi blockchain, bisa menjadi solusi bagi tantangan riil yang dihadapi sektor pertanian Indonesia. Untuk itulah kami hadir dengan teknologi blockchain untuk membantu petani di Indonesia," tegas Edwards.
 
Dia menjelaskan, teknologi blockchain ini menambahkan lapisan transparansi pada ekosistem pertanian, mendekatkan petani dengan konsumen sekaligus menciptakan sinergi antara petani, pengusaha dan konsumen yang belum pernah terjadi sebelumnya.
 
Dalam sistem manajemen rantai pasokan, transparansi bisnis sangatlah penting untuk memastikan kepatuhan serta kepuasan pelanggan. “Menggunakan teknologi digital yang sedang naik daun seperti blockchain mampu meningkatkan pengalaman pelanggan atau konsumen dan mengarahkan pada laba bersih yang lebih kuat,” kata Edwards.
 
Sementara itu Komisaris TFP Indonesia Joni Eko Saputro mengatakan, salah satu pilot project penerapan blockchain ini adalah di Jatiluwih Tabanan, bali dengan luas lahan 60 hektare. Nantinya para petani padi maupun kopi akan didampingi dalam produksi pertanian sehingga meningkatkan kapasitas produksi maupun kualitas hasil pertanian.
 
"Nanti ada peningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan lahan dan penanaman hingga perawatan bahkan panen. Termasuk pula akses jaringan pemasaran hingga ekspor," ujarnya.
 
Proyek berikutnya, TFP akan menyasar di Bogor dengan rencana luas lahan 1.000 hektare yang akan ditanami durian. Selain untuk diekspor, durian ini juga dikembangkan untuk menunjang industri pariwisata, khususnya wisata agro.
 
TFP merupakan sebuah perusahaan ekuitas swasta global terdepan yang didirikan di Utah, Amerika Serikat pada 2007. TFP fokus mengoptimalkan aset dan layanan pertanian melalui metode penciptaan nilai berbasis teknologi mutakhir. TFP mengelola berbagai kegiatan manajemen aset pertanian meliputi kemitraan pertanian, akuisisi lahan, dan akuisisi perusahaan agroteknologi, menetapkan tolak ukur industri pertanian.
 
TFP merevolusi industri pertanian dari pola lama menuju inovasi berbasis pemanfaatan teknologi blockchain. Secara sederhana blockchain adalah struktur data yang tidak dapat diubah, hanya bisa ditambahkan.
 
Setiap data dari blockchain saling terhubung. Jadi jika ada perubahan di salah satu block data, akan berpengaruh terhadap data berikutnya.
 
Sebelum hadir di Indonesia, TFP memiliki empat kantor global di AS, Afrika Selatan, Kamboja dan Malaysia. Jim Edwards bertugas menjalankan visi jangka panjang jangka global perusahaan. Ia juga memastikan, organisasi, teknologi, dan fungsi investasinya memiliki koordinasi, konektivitas dan operasi yang optimal. TFP mengadopsi model investasi terstruktur. Pada waktu bersamaan mengakui bahwa fleksibilitas adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.

Setuju Pembatasan Impor Barang Jadi Elektronik
Chief Executive Officer Indodax Oscar Darmawan.

Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya

Penelitian Statista mengungkapkan, pasar kripto di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$1.787 juta atau sekitar Rp27,5 triliun pada tahun 2024.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024