Venture Capital Thailand Punya Rp1,2 Triliun, Bidik Startup Indonesia

AddVentures by SCG.
Sumber :
  • Instagram/@brownsugarcatering1894

VIVA – Lembaga riset global International Data Corporation menyebutkan bahwa transformasi digital akan menyumbang gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) di kawasan Asia Pasifik sebesar US$1,16 triliun atau Rp17.364 triliun pada 2021, atau meningkatkan 0,8 persen per tahun.

Alasan Kejaksaan Agung Izinkan 5 Smelter Timah Tetap Beroperasi Meski Disita

Sementara PDB Indonesia diprediksi akan menyerap sekitar 40 persen atau hampir Rp7 ribu triliun di tahun yang sama. Salah satu industri yang tengah menjamur di Indonesia adalah bisnis rintisan atau startup.

Managing Director and Investment Committee of AddVentures by SCG, Joshua Pas, mengatakan pihaknya telah menyiapkan dana segar US$85 juta atau Rp1,27 triliun selama lima tahun untuk pengembangan startup dari negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Asia Tenggara.

10 Kampus Bisnis Terbaik Dunia Tahun 2024

Adapun dana sebesar ini diperuntukkan antara 10-12 startup per tahun, di mana masing-masing startup mendapatkan US$1-5 juta (Rp15 miliar-Rp75 miliar) untuk pendanaan Seri A+. Khusus Indonesia, Joshua menyebut sudah dua startup yang mendapat pendanaan dari AddVentures. Keduanya adalah Dekoruma dan Rarali.

Dekoruma merupakan platform penjualan furnitur, perlengkapan rumah dan desain. Sedangkan, Rarali adalah marketplace business-to-business (B2B) yang menjadi wadah bagi produsen untuk menjual langsung kepada pemilik toko dan pedagang.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Etika Pelajar di Dunia Digital"

Ilustrasi teknologi digital.

“Ini bagian dari venture capital fund. Saat ini kami sedang negosiasi dengan beberapa startup Indonesia. Tapi kami belum bisa menyebut nama dan sektor usahanya. Kami juga tidak menargetkan jumlah dan sektor bisnis startup yang didanai meski fokus kami bidang industrial seperti human resource, B2B, serta enterprise bidang hard technology seperti artificial intelligence," kata Joshua kepada VIVA, Rabu, 3 Oktober 2018.

Ia mengaku tertarik untuk mendanai startup asal Indonesia, karena diprediksi akan menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan nilai US$130 miliar atau Rp1.946 triliun pada 2020. Selain dua dari Indonesia, ia melanjutkan, AddVentures juga sudah mendanai sembilan startup sehingga totalnya ada 11 startup, yang semuanya dari Asia Tenggara.

Bukan cuma itu saja. Joshua mengklaim sudah membenamkan uangnya di beberapa perusahaan di Sillicon Valley, Amerika Serikat, Tel Aviv, Israel, India, dan China. Namun, ia tidak menyebut nama-nama startup yang didanai oleh anak usaha konglomerasi asal Thailand, Siam Cement Group (SCG), yang dibentuk pada Juni 2017 ini. Selain venture capital fund, ada kemitraan ekosistem, dan investasi langsung.

"Yang dimaksud dengan kemitraan ekosistem adalah apabila sebuah startup B2B memiliki solusi atas suatu masalah, maka anak perusahaan SCG dapat menjadi pelanggan mereka. Jadi, kami tidak hanya mendanai saja," jelasnya. Saat ini SCG memiliki 28 perusahaan unit di Indonesia yang bergerak di Cement-Building Material, Chemicals, dan Packaging.

Kehadiran AddVentures ini bagian dari transformasi digital SCG di lima bidang yaitu pasar untuk bahan bangunan, platform pembayaran untuk B2B e-commerce, platform logistik, platform pencocokan kontraktor dan otomatisasi bisnis, serta proses manufaktur.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya