Pendapatan Driver Gojek di Atas Rata-rata, Jakarta Hampir Rp5 Juta

Nadiem Makarim naik Gojek.
Sumber :
  • Instagram @gojek24jam

VIVA – Penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebutkan bahwa Gojek menyumbang sekitar Rp44,2 triliun bagi perekonomian Indonesia di sepanjang 2018. Jumlah itu dinilai meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp147,3 triliun.

GoTo Rugi Rp 90 Triliun pada 2023, Manajemen Ungkap Penyebabnya

Menurut Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Paksi Walandouw, penelitian ini melibatkan 6.732 responden dengan rincian Go-Ride 3.886 mitra, Go-Car 1.010 mitra, Go-Food 1.000 mitra dan Go-Life, untuk layanan Go-Clean dan Go-Massage, sebesar 836 mitra.

Sementara itu, dari Rp44,2 triliun tersebut, rinciannya adalah Go-Ride menyumbang Rp16,5 triliun, Go-Car Rp8,5 triliun, Go-Life Rp1,2 triliun, dan mitra UMKM Go-Food memberikan kontribusi sebesar Rp18 triliun.

Soal Rencana Buyback Saham, Dirut Goto Kedepankan Prinsip Kehati-hatian

Riset pun dilakukan tersebar di beberapa wilayah seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar, dan Palembang. Khusus untuk tiga kota terakhir tidak termasuk Go-Life.

Paksi mengatakan angka kontribusi tersebut dihitung dari selisih pendapatan mitra pengemudi atau driver sebelum dan setelah bergabung dengan Gojek.

Goto Dapat Komisi dari TikTok Shop-Tokopedia per 1 Februari 2024

"Kami melakukan penelitian ini untuk melihat dampak perkembangan teknologi terhadap perekonomian, khususnya Gojek. Kontribusi ini juga menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat ekonomi digital," ujarnya di Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.

Paksi lalu mencontohkan Go-Ride di Jabodetabek, di mana driver rata-rata memiliki penghasilan sebesar Rp4,9 juta, sedangkan upah minimum kota/kabupaten (UMK) mencapai Rp3,9 juta. Ia menambahkan jika rata-rata penghasilan driver dan mitra Go-Life di atas rata-rata UMK di wilayah penelitian digelar.

Sementara itu, terkait tarif ojek online yang kini masih digodok akan mempengaruhi pendapatan mitra ke depannya. Bila pemerintah mengamini permintaan sopir ojek online dengan nilai Rp3.000 per km, maka pendapatan mereka semakin menjulang dan kontribusi ke ekonomi nasional juga bertambah.

"Setiap kenaikan nantinya sebenarnya berapa pun akan berpengaruh ke pendapatan, tapi kami belum ada spesifik angka berapa persen pengaruhnya," ujar Paksi. Ia menambahkan mitra tak perlu takut kehilangan konsumen jika harga tarif memang dinaikkan.

Sebab, dari survei yang dilakukan menunjukkan masyarakat Indonesia tetap lebih suka kemudahan dengan transportasi online ini dibandingkan dengan jalan kaki atau menggunakan transportasi lainnya. "Dari survei kita melihat kalau ojek tetap jadi pilihan ya, lebih nyaman dan cepat," tutur Paksi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya