Industri Ini Tiru Fintech Salurkan Kredit Pendidikan Tanpa Jaminan

Ilustrasi fintech.
Sumber :
  • Entrepreneur

VIVA – Maraknya perusahaan teknologi berbasis keuangan (financial technology/fintech) di Indonesia maka semakin ketat persaingan di industri keuangan. Bahkan, mereka mulai menguasai berbagai sektor, di mana salah satunya pembiayaan pendidikan atau student loan.

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan kenaikan biaya pendidikan di Indonesia rata-rata 10 persen per tahun. Karena itu, bisnis pembiayaan pendidikan dinilai masih sangat potensial.

Tidak hanya fintech dan perbankan, perusahaan pembiayaan atau multifinance juga ikut menyalurkan pembiayaan pendidikan melalui layanan multiguna. Salah satunya PT BFI Finance Tbk dengan merek BFI Education.

Inovasi untuk Menciptakan Produk yang Sesuai Kebutuhan

Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan sempat 'menyentil' industri pembiayaan karena dinilai masih menggunakan 'jurus lama' dalam menawarkan pembiayaan kepada calon nasabah. Berbeda dengan fintech yang memakai strategi lebih kompetitif, sehingga mampu mencatatkan pertumbuhan yang cepat.

Business Research and Development Unit Head BFI Finance, Netta Prismawiyati, melihat saat ini fintech sudah menerapkan biaya tanpa jaminan atau non-collateral loan. Hal ini yang menjadi alasan mereka mengambil segmen student loan.

Kiat Bijak Memilih Layanan Pinjaman Fintech: Produktif atau Konsumtif?

"Kalau enggak step-up ke mekanisme pembiayaan non-collateral, kita bisa ketinggalan," kata Netta kepada VIVA, Senin, 25 Maret 2019. Ia melanjutkan, plafon yang disediakan BFI Education mulai dari Rp2 juta sampai Rp40 juta dengan tenor atau jangka waktu maksimal satu tahun.

Ia juga mengakui selama ini masih fokus menggarap nasabah existing. Dengan demikian, ke depannya, Netta mengaku akan lebih mengembangkan layanan ini lewat berbagai macam pameran dan eksibisi. Untuk syarat pinjaman pun cukup ketat.

"Mulai dari KTP, Kartu Keluarga, mutasi rekening bagi yang memiliki usaha, atau slip gaji serta PBB (pajak bumi dan bangunan) sebagai bukti domisili. Selain itu kami juga menggandeng third party untuk proses credit-scoring melalui Pefindo," ungkapnya.

Tidak cukup sampai di situ. Netta menuturkan kalau mereka memiliki tim yang diklaim mampu 'membaca' calon nasabah.

"Namanya risk scoring tools. Itu di bawah departemen risiko kami. Karakter nasabah bisa pelajari seperti apakah bayar cicilannya lancar, lalu punya cicilan di tempat lain atau tidak. Kami memang sangat hati-hati karena ini kan tanpa jaminan," jelas dia.

Sejak berdiri pada Mei 2018 hingga Februari 2019, BFI Education menggelontorkan pembiayaan sebesar Rp4 miliar, dengan rata-rata setiap nasabah menarik pinjaman sekitar Rp14 juta. Pembiayaan pendidikan ini bisa digunakan, tidak hanya untuk kebutuhan sekolah atau perguruan tinggi, tetapi juga kursus. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya