Serangan COVID-19 Bikin Was-was, Investasi Apa Sih yang Aman

Bitcoin.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi Virus Corona COVID-19 tidak berdampak langsung bagi bisnis aset kripto atau cryptocurrency assets. Berbeda dengan investasi lainnya seperti emas, reksa dana serta saham, yang terpengaruh wabah mematikan ini. Harga aset kripto seperti Bitcoin hanya berdampak dari penyaluran dan permintaan (supply and demand).

Ketahui Manfaat dan Risiko Saham Blue Chip, Dapatkan Dividen yang Konsisten

Harga Bitcoin pada Kamis hari ini, 26 Maret 2020 pukul 07.22 UTC atau 14.22 WIB, seperti dikutip dari Coindesk, tercatat sebesar Rp107,5 juta. Ini menunjukkan terjadi tren kenaikan harga Bitcoin sejak awal tahun ini.

Kepala Eksekutif Indodax, Oscar Darmawan, tidak membantah sempat ada penurunan harga Bitcoin hingga Rp64 juta pada pertengahan bulan ini. Menurutnya, penurunan drastis itu hanya bersifat sementara, lantaran aksi profit taking atau ambil untung oleh investor atau trader.

Beli Properti Bisa untuk Rumah Tinggal Sekaligus Investasi Jangka Panjang

Saat ini, lanjut Oscar, mereka sudah mengambil keuntungan lebih dari 70 persen, karena Bitcoin kembali menyentuh harga di atas Rp105 juta.

“Platform perdagangan online adalah industri yang tidak terdampak Corona. Situasi ini justru membuat untung trader dan investor. Mereka meraup untung lebih dari 10 persen dalam sehari. Ini tandanya Bitcoin merupakan aset yang aman dan masih menjadi primadona,” klaim Oscar di Jakarta, Kamis, 26 Maret 2020.

Lalui Seleksi Ketat, 63 Reksa Dana Sabet Penghargaan Best Mutual Fund Awards 2024

Selain itu, penyebaran Virus Corona membuat orang masih khawatir tentang keamanan uang atau investasi mereka. Hal ini dinilai wajar oleh Oscar.

Ia mengaku serangan COVID-19 membuat orang-orang terpaksa bekerja dari rumah, sehingga mereka mulai memikirkan investasi baru dengan pengembalian yang cepat.

"Salah satunya bagaimana trading aset kripto," tuturnya. Oscar mengatakan, seiring meningkatnya pemahaman masyarakat Indonesia tentang aset kripto juga membuat anggota atau member Indodax juga meningkat.

Ia juga mencatat, pada awal tahun ini, jumlah volume trading di startup aset kripto tersebut sudah mencapai Rp2 triliun per bulan dengan menjual lebih dari 60 aset digital, termasuk Bitcoin maupun Ethereum.

"Jadi, investor atau trader tidak perlu khawatir dengan wabah Corona, seperti soal kemanan data dan lain-lain. Kami tetap bekerja produktif untuk mengamankan jaringan secara ekstra dan selama 24 jam. Kami juga didukung oleh tim yang berjumlah 200 orang yang beroperasi di Jakarta dan Bali," jelas Oscar.

Sebelumnya diketahui, Bitcoin akan mengalami kenaikan harga atau halving pada tahun ini. Hal tersebut terjadi setiap empat tahun sekali. Halving adalah proses memangkas biaya yang didapat trader dari proses menambang dengan mengurai algoritma matematika guna menghasilkan Bitcoin. Tujuan halving untuk menjaga inflasi.

Efek halving juga mengurangi pasokan Bitcoin yang masuk ke pasar, sehingga harganya bisa terdongkrak. "Kalau harganya naik, minat masyarakat untuk beli Bitcoin juga tinggi," papar Oscar.

Kendati demikian ia mengingatkan bahwa halving tidak langsung berdampak. Sebab, cara kerjanya seperti bola salju. Artinya, ketika pertengahan tahun ini terjadi halving maka dampak dari kenaikan harga Bitcoin akan terasa pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya