Ovo Klaim Gak Ambil Untung dari Program Kartu Prakerja

Startup Fintech Ovo.
Sumber :
  • Viva.co.id/Novina Putri

VIVA – Perusahaan rintisan berbasis teknologi keuangan (startup fintech) Ovo menjadi salah satu perusahaan digital yang terlibat dalam Program Kartu Prakerja. Program ini sebenarnya sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari sebelum pandemi Virus Corona COVID-19 masuk ke Indonesia.

MK Sudah Putuskan, Dave Laksono Minta Tak Ada Lagi Tuduhan Politisasi Bansos

"Kami ingin berkontribusi dan ikut menyumbang, serta membantu pemerintah ketika COVID-19. Jadi kami tidak mendapat keuntungan dalam menjalankan fungsi ini," ujar Direktur Utama Ovo, Karaniya Dharmasaputra, dalam Jurnalis Virtual Gathering Ovo, Kamis, 14 Mei 2020.

Salah satu unicorn Indonesia itu memiliki tugas dalam mendistribusikan dana insentif ke para peserta kartu prakerja. Pencairan dana sebesar Rp600 ribu yang dilakukan pada 6, 12, dan 13 Mei 2020 menunjukkan banyaknya peserta yang memilih pencairan melalui Ovo. Saluran digital lainnya adalah Gopay dan LinkAja.

Dedi Mulyadi Tegaskan Prabowo-Gibran Menang Bukan karena Bansos: Semoga No Debat!

"Jika ada dana yang mengendap (dana insentif yang belum didistribusikan ke peserta), itu juga Ovo tidak mendapatkan bunga sebelum dana tersebut distribusikan," katanya.

Sejak awal Ovo sudah ikut berkontribusi, salah satunya dengan memberikan enam engineer untuk kelancaran program ini, yang mana tidak membebankan masalah gaji engineer ke pemerintah. Perusahaan juga turut melakukan sosialisasi program ke masyarakat di aplikasi.

Bawaslu Akan Awasi Pembagian Bansos di Pilkada Serentak 2024

Karaniya juga menjelaskan selama pandemi Corona, mereka mengalami beberapa peningkatan. Pertama sisi e-commerce, kemudian food & beverage (F&B), dan pengiriman (delivery), "Ini semua adalah imbas dari adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," jelas dia.

Selain itu, Karaniya mengatakan pelibatan perusahaan teknologi seperti Ovo dalam penyaluran bantuan sosial seperti kartu prakerja akan mengurangi hal-hal buruk yang kerap terjadi pada penyaluran bansos yang dilakukan secara offline, seperti sunat dana atau pencatutan nama.

"Ini pertama kalinya dalam sejarah Indonesia mendistribusikan bansos dengan memanfaatkan teknologi digital. Memang masih ada kendalanya tapi saya kira ini merupakan program yang bagus," tuturnya.

Kendala yang dimaksud Karaniya terletak pada data kependudukan. Banyak dari peserta yang dananya belum bisa cair karena data know your customer (KYC) tidak cocok dengan data Ovo. Untuk mengatasinya perusahaan dibantu oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

Dengan teknologi masalah seperti ini bisa teratasi dengan baik, perusahaan bisa membantu melakukan pemeriksaan ganda sampai bantuan bisa diterima oleh peserta bansos.

"Platform kartu Prakerja bisa menjadi embrio Indonesia sebagai negara yang memiliki sebuah sistem digital yang terpadu. Bukan hanya untuk kartu prakerja tapi bisa juga memfasilitasi banyak skema," ungkap Karaniya.

Terlebih jika datanya semakin kaya maka akan semakin terkoneksi dengan data kependudukan, data kemiskinan, bahkan sampai data pengangguran. "Ini bisa menjadi solusi sehingga pemerintah maupun masyarakat akan sangat dimudahkan dalam memberi dan menerima bansos, juga tentunya tepat sasaran," tegas Karaniya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya