Logo WARTAEKONOMI

Belanja Online Tinggi, Pelaku Usaha Harus Adaptasi Lewat Aplikasi

Ilustrasi membuka aplikasi di gadget atau gawai.
Ilustrasi membuka aplikasi di gadget atau gawai.
Sumber :
  • IBM

JAKARTA – Riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan bahwa belanja online masih menjadi tren ketika memasuki era kenormalan baru atau new normal. Menurut riset tersebut, 44 persen konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi Virus Corona COVID-19.

Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menekan penyebaran wabah tersebut. Selain itu, 77 persen konsumen di kawasan itu lebih sering menyiapkan makanan di rumah, ketimbang harus membeli ataupun makan di restoran.

Berdasarkan riset tersebut, video streaming dan belanja melalui media sosial masing-masing meningkat 35 persen dibanding sebelum pandemi COVID-19. Lalu, aplikasi percakapan seperti WhatsApp 30 persen, e-commerce 23 persen, dan layanan pesan-antar makanan seperti Gofood dan Grabfood naik sebesar 17 persen.

API

Kendati demikian, pada era ini pula berbagai sektor bisnis mulai menggeliat. Dengan terhentinya sebagian besar aktivitas ekonomi selama kurang lebih 4 bulan, sejumlah bisnis yang terdampak langsung oleh pandemi seperti restoran, makanan dan minuman dan perhotelan, menghadapi kesulitan untuk kembali beroperasi seperti biasanya.

Untuk beradaptasi dengan situasi baru seperti sekarang banyak bisnis yang harus mengandalkan platform online sebagai saluran utama untuk menjangkau konsumen dan mendapatkan pemasukan. Hal ini kemudian dimanfaatkan HappyFresh dengan menggaet Lalamove untuk melengkapi fasilitas pengiriman pada aplikasinya.

Kerja sama melalui integrasi API (application programming interface) ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengiriman dan memaksimalkan kualitas pelayanan melihat jumlah penggunaan layanan belanja online dari rumah yang meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir.