-
VIVA – Grab kini menjelma tidak hanya sebagai penguasa layanan tumpangan online, tapi juga layanan keuangan digital di Asia Tenggara melalui Grab Financial Group. Saat ini mereka memiliki 200 juta orang atau pelanggan, atau 30 persen, dari total populasi penduduk Asia Tenggara yang mencapai 655 juta orang.
Sementara warga yang belum memiliki rekening bank totalnya mencapai 44 persen atau 288 juta orang dari total penduduk di kawasan ini. Lantas, siapa sosok di balik kesuksesan Grab Financial Group? Adalah Reuben Lai yang menjabat sebagai senior managing director Grab Financial Group.
Baca: Merger Gojek dengan Tokopedia untuk Menggembosi Grab dan Shopee
Tangan dinginnya berhasil membawa lembaga keuangan yang biasa disebut GFG itu diterima dengan tangan terbuka di tiga negara, yakni Indonesia, Thailand dan Vietnam, selain Singapura sebagai tuan rumah dari Grab.
Lai mengaku jika dirinya sangat bersemangat menggunakan saluran bisnis untuk menciptakan dampak dan perubahan dalam kehidupan pelanggan dari rival Gojek tersebut. Ia bercerita, ketika bergabung pada 2015, Grab hanya menawarkan satu layanan, yaitu ride-hailing.
Alasan bergabung dengan Grab karena ia percaya pada misi Anthony Tan yang ingin membangun perusahaannya memiliki keuntungan keuangan dan sosial. "Itu selaras dengan tujuan saya," kata dia kepada Kr-Asia, Minggu, 4 April 2021.
Tak lama setelah bergabung, Lai langsung menggebrak. Produk fintech utama mereka, GrabPay bagian dari GFG, resmi mengudara pada Januari 2016. Awalnya, layanan keuangan digital Grab ini dibangun hanya berdasarkan pada kebutuhan mitra pengemudi atau driver saja.
Bagi para driver, Grab adalah pintu masuk mereka ke dalam sistem perbankan formal. Driver baru harus memberikan rekening bank sebagai bagian dari syarat untuk bergabung dengan Grab. Jika mereka tidak memiliki akun maka Grab akan membantu mereka mengajukan permohonan saat itu juga.
“Yang cukup menarik adalah saya akhirnya berkunjung ke setiap negara di Asia Tenggara untuk bernegosiasi dengan bank-bank ternama sehingga driver kami dapat dengan mudah membuka rekening bank. Saya juga menanyakan apakah mereka (bank) bisa memberikan pinjaman kepada driver kami untuk membeli mobil,” ungkapnya.
Photo :- Kr-Asia
Sebelum Grab seperti sekarang, driver biasanya bekerja untuk pemilik armada – dalam hal ini mobil – yang akan mengambil sebagian besar keuntungan serta menyisakan sangat sedikit bagi driver. Hal ini, di mata Lai, sangat tidak adil.
“Saya ditolak oleh hampir semua orang sampai ada perusahaan pembiayaan di Indonesia yang mengiyakan. Kami akhirnya mulai membuat sistem penilaian, pengumpulan, dan pencairan. Itulah awal mula bisnis pinjaman kami," tegas Lai.