Jeff Bezos Kepincut Startup Asal Indonesia

Pendiri Amazon dan Blue Origin, Jeff Bezos.
Sumber :
  • Avaaz

VIVA – Orang terkaya di dunia yang juga pendiri Amazon dan Blue Origin, Jeff Bezos, resmi menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan atau startup asal Indonesia bernama Ula. Startup ini mendapatkan pendanaan Seri B sebesar US$87 juta (Rp1,2 triliun).

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Pendanaan ini dari Prosus Ventures, Tencent, dan B Capital. Jeff Bezos ikutan menyuntik dana dalam putaran kali ini melalui Bezos Expeditions, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs TechCrunch, Senin, 4 Oktober 2021.

Ketertarikan Jeff Bezos pada Ula, yang mengoperasikan platform e-commerce bisnis-ke-bisnis (B2), datang pada saat Amazon belum memasuki sebagian besar negara Asia Tenggara — atau mempertahankan kehadirannya yang terbatas di kawasan ini.

2024 jadi Tahun Krusial bagi Industri Kripto Indonesia

Ula baru berumur 1,5 tahun dan berbasis di Jakarta. Sebelumnya, mereka sudah mendapat pendanaan dari B Capital Group, Sequoia Capital India, Lightspeed Venture Partners, dan Quona Capital.

Startup tersebut didirikan oleh Nipun Mehra (mantan eksekutif Flipkart di India dan mantan mitra di Sequoia Capital India), Alan Wong (sebelumnya bekerja di Amazon), Derry Sakti (yang mengawasi operasi raksasa barang konsumen P&G Indonesia), dan Riky Tenggara (sebelumnya di Lazada dan aCommerce).

Detik-detik Roket Space One Meledak di Udara Setelah 5 Detik Diluncurkan

"Kami membantu ritel kecil dengan solusi rantai suplai, inventory, dan modal kerja. Investor terbaru kami punya latar belakang keahlian global dan berbagi pemikiran jangka panjang perusahaan. Kami berharap bisa belajar dari pengalaman mereka membayangkan ulang ritel bertumbuh di pasar yang lain," kata Kepala Eksekutif Ula, Nipun Mehra.

Ia juga menjelaskan misi tunggal yang dimiliki Ula untuk memberdayakan pengecer kecil di lingkungan dengan teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Mehra mengaku mengambil pendekatan jangka panjang untuk memecahkan masalah mendasar dari pengecer tradisional dengan berinvestasi dalam teknologi, rantai pasokan, dan penawaran kredit dengan data.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya