3 Faktor Pendorong Industri IoT di Indonesia

Ilustrasi Internet of Things.
Sumber :
  • www.pixabay.com/jeferrb

VIVA – Geliat pemulihan ekonomi usai meredanya pandemi COVID-19 di Indonesia memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan-perusahaan yang menjual produk berbasis internet segalanya (internet of things/IoT).

Data Center Ini Ngakunya Paling Hemat Energi se-Jakarta

Perlahan tapi pasti, penjualan produk-produk tersebut terus menunjukkan perbaikan sejalan dengan mobilitas masyarakat yang kian meningkat. Kepala Eksekutif Fox Logger Alamsyah Cheung mengakui hal itu.

"IoT di Indonesia memang masih terbilang dalam tahapan awal. Kendati demikan, grafik penerapannya juga penjualan produk-produknya terus meningkat, terutama dalam tiga tahun terakhir. Kalau pun sempat tertahan, ya, itu karena besarnya pengaruh pandemi," kata dia, dalam konferensi pers virtual, Senin, 30 Mei 2022.

Akankah 2024 jadi Tahun 'Friendly' untuk Keamanan Siber?

Menurutnya, performa positif produk-produk berbasis IoT tidak terlepas dari tiga faktor utama. Pertama, meningkatnya peta cakupan (coverage) internet 4G di Tanah Air.

Seperti namanya, perkembangan produk-produk berbasis IoT akan tumbuh sejalan dengan luas dan cepatnya koneksi internet di satu wilayah.

Penumpang Gelap Teknologi Blockchain

"Khusus Indonesia, potensinya semakin besar karena semenjak tahun 2021 sudah mulai mengadopsi internet 5G. Dibangun di atas jaringan nirkabel 4G, teknologi generasi kelima ini menghadirkan teknologi baru dan frekuensi radio yang lebih luas," ungkap Alamsyah.

Kedua, semakin menjamurnya e-commerce di Tanah Air. Tumbuh suburnya digital marketplace tentu sangat mendukung distribusi produk-produk IoT ke pengguna, baik individual user maupun corporate user.

Platform Fox Logger.

Photo :
  • Fox Logger

Adapun faktor ketiga adalah tren penggunaan produk berbasis IoT yang kian menjadi gaya hidup. Contohnya, penggunaan kamera dashboard (dash cam), yang mana pemanfaatan produk berbasis IoT ini sangatlah vital untuk menjaga keamanan pengemudi kendaraan bermotor.

Begitu pula dengan gaya hidup lain seperti tren menghidupkan serta mematikan mobil melalui aplikasi ponsel yang juga terus menjamur.

Fitur-fitur yang selama ini didominasi produsen Eropa, sekarang juga sudah ditawarkan produsen-produsen asal Korea Selatan dan China sehingga pemanfaatannya semakin luas.

Di luar tiga faktor di atas, Alamsyah juga menyoroti pentingnya peran pemerintah sebagai regulator yang mengatur industri produk berbasis IoT.

Menurutnya, demi kemaslahatan bersama, sudah selayaknya pemerintah bersikap lebih proaktif, bertindak tegas, dan bijaksana. Salah satunya adalah dalam menertibkan izin edar produk IoT.

"Penertiban izin edar produk IoT harus benar-benar sesuai aturan yang berlaku. Kini, cukup banyak produk IoT yang beredar di pasaran, ternyata tidak memiliki izin postel dari Kominfo. Mengapa ini penting? Karena, produk tidak berizin memiliki tingkat kepastian layanan purnajual yang rendah dan merugikan masyarakat," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya