Usaha Sosial-Kreatif Ikut Membuka Lapangan Pekerjaan

Ilustrasi sosial-kreatif.
Sumber :
  • Naimeo

VIVA – Potensi pertumbuhan industri pembuat konten atau content creator sejalan dengan besarnya pengguna internet di Indonesia.

Laptop Ini Bisa Bikin Nyaman Mata Pengguna

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), mayoritas pengguna internet di Indonesia memanfaatkan layanan media sosial.

Ratusan juta pengguna internet di Indonesia juga paling banyak menggunakan YouTube. Sedangkan konten yang dicari yakni film, musik, olahraga, kuliner, dan tutorial bermain game online.

Content Creator, Artis hingga Perusahaan Media Raup Cuan dari YouTube Shorts

Data We Are Social menunjukkan bahwa YouTube menempati urutan media sosial paling banyak digunakan, yakni 88 persen.

Industri content creator merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Pada 2021, sektor ini memberikan kontribusi Rp1.274 triliun atau 7,35 persen dari keseluruhan PDB nasional.

Game MMORPG Tarisland Siap Menggebrak, Ada Streamer Indonesia

Sebelumnya, berdasarkan laporan OPUS Ekonomi Kreatif 2020, kontribusi industri kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp1.211 triliun, meningkat dari sebelumnya yang sebesar Rp1.105 triliun pada 2018.

Angka tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia dalam kontribusi industri kreatif terhadap PDB negara di bawah Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.

Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor utama pendukung industri kreatif. Saat ini, banyak anak muda yang berkecimpung di sektor ekonomi kreatif dan beberapa di antaranya terlibat dalam usaha sosial-kreatif.

Menurut Head of Arts and Creative Industries of British Council Indonesia, Camelia Harahap, usaha sosial-kreatif turut membantu mewujudkan inklusi, khususnya berkaitan dengan penciptaan lapangan pekerjaan yang layak untuk semua.

"Usaha sosial-kreatif menciptakan lapangan pekerjaan untuk anak muda, perempuan, dan penyandang disabilitas lebih cepat dari sektor lainnya. Banyak usaha sosial-kreatif di Indonesia yang dipimpin anak muda cenderung fokus mewujudkan SDGs, khususnya ke-8, yakni menciptakan pekerjaan yang layak," ungkapnya, dalam konferensi pers virtual, Senin, 20 Juni 2022.

Ilustrasi sosial-kreatif.

Photo :
  • Business Name Generator

Sementara itu, Dissa Ahdanisa selaku pendiri Fingertalk menjelaskan, ada 11 juta penyandang disabilitas di Indonesia, di mana sebanyak 1,5 juta merupakan anak muda kurang mampu dengan akses terbatas terhadap pendidikan formal dan peluang kerja.

Minimnya lapangan kerja bagi penyandang disabilitas mendorong Dissa untuk mendirikan Fingertalk, sebuah kafe yang khusus mempekerjakan individu tunarungu.

Di kafe ini, pelanggan memesan makanan dan minuman dengan bahasa isyarat. "Tak kenal, maka tak sayang. Kita harus saling mengenal agar bisa melewati persepsi dan prasangka yang dimiliki," jelas dia.

Chief Creative Officer Narasi Jovial da Lopez juga berbagi pengalamannya sebagai content creator, sebuah profesi yang kini banyak diminati anak muda.

Lewat channel SkinnyIndonesian24, Jovial bersama adiknya Andovi membuat banyak konten-konten yang memperkenalkan budaya Indonesia kepada audiens global.

Jovial mengatakan kalau dirinya sempat tinggal di sejumlah negara sewaktu kecil karena ibunya adalah seorang diplomat.

"Sejak kecil, saya sudah terekspos mempromosikan Indonesia ke mana pun saya pergi. Semangat ini sepertinya masih berbekas saat kami membuat YouTube channel, tapi kami mencoba untuk memodernisasi," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya