Industri Fintech akan Berkembang, tapi Bergantung Pertumbuhan Internet

Acara AppsFlyer, LINE Bank, Indonesia Digital Association.
Sumber :
  • VIVA/Muhammad Naufal

VIVA Tekno – Perkembangan industri Fintech diyakini akan semakin meluas dan hal ini akan sangat bergantung dengan pertumbuhan internet dan penetrasi yang semakin baik di Indonesia.

Kunjungi Station F di Paris, Anindya Bakrie Ungkap Rencana Bangun Kampus Startup di IKN

Bertalian dengan hal tersebut, diharapkan agar kualitas internet di luar pulau Jawa itu lebih merata, yang dimana bersamaan dengan internet yang lebih merata itu secara otomatis akan meningkatkan ekspansi produk digital yang semakin cepat.

"Ketika internetnya makin baik, penetrasi e-commerce nya makin tinggi itu otomatisnya fintech-nya akan semakin meluas, makanya akan tergantung. Harapannya kualitas internet kita ke luar Jawa itu lebih merata, ketika itu terjadi, maka otomatis produk digital ekspansinya akan semakin cepet, termasuk juga Fintech" ujar Chairman Indonesia Digital Association (IDA) Dian Gemiano, di Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2022.

Kamu Bisa Berbagi Foto Tanpa Internet, Ada Fitur Punya iPhone

Secara praktik, semakin banyak yang melakukan scan QR, semakin banyak yang berbelanja di marketplace, maka akan semakin besar juga potensinya. Oleh karenanya, diyakini dalam lima tahun ke depan pertumbuhan  akan semakin besar.

"Makin banyak yang scan QR, semakin banyak yang belanja di marketplace itu akan semakin besar potensinya, jadi lima tahun ke depan tumbuhnya akan semakin besar sih kalau menurut saya." kata Gemi.

Tiga Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Ajang Brandstrom di Inggris

Lebih dalam, ia juga menyampaikan dalam membangun industri Fintech, maka salah satu prasyarat untuk penetrasi ialah membangun kesejahteraan orang-orang terlebih dulu, baru menggunakan teknologinya.

"Kan namanya industri Fintech, nah kalau mau penetrasi “Fin”nya harus ada dulu, jadi orang-orang harus sejahtera dulu baru mereka bisa gunakan teknologinya." ujar Gemi.

Sedangkan yang menjadi tantangan itu ialah menjamah orang-orang yang masih belum tersentuh layanan perbankan atau yang disebut dengan istilah "unbanked" khususnya pada kota tier kedua dan tier ketiga.

Tentu hal ini menjadi tantangan bagi para pelaku Fintech untuk dapat mensimplifikasi layanan-layanannya agar dapat terpersonalisasi sesuai dengan kultur setempat. Khususnya untuk menjamah daerah di luar-luar pulau Jawa.

"Ini tantangan untuk perusahaan digital yang bergantung ke koneksi internet agar tidak terlalu Jakarta sentris. Jadi itu tantangannya adalah mem-personalize service in context of culture," tukas Gemi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya