Ekosistem Digital Startup akan Terus Berubah

Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Tekno – Kondisi ekonomi makro yang kurang kondusif membuat sebagian orang menyebut bahwa periode ini merupakan tech winter, fase di mana bisnis sektor teknologi mengalami penurunan pertumbuhan dan pendanaan.

Investasi di Indonesia, Menperin Ingatkan Apple harus Penuhi Aturan TKDN

Kondisi ini menuntut para startup untuk merestrukturisasi perusahaan, mengevaluasi bisnis secara keseluruhan, dan melakukan beberapa perubahan fundamental.

Misalnya saja, per Desember 2022, lebih dari 20 startup Indonesia telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ratusan karyawan demi mengerek efisiensi biaya operasional.

Kunjungi Station F di Paris, Anindya Bakrie Ungkap Rencana Bangun Kampus Startup di IKN

Meski badai PHK startup masih ada, namun tidak menghentikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar program Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 5 untuk mendampingi dan membina 15 startup tahap awal (early-stage) terpilih selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF).

Berdasarkan data Kominfo, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch 1-3 hingga Mei 2022 mencapai Rp332,1 miliar. Dari setiap batch sebelumnya, 30-40 persen alumni telah meraih pendanaan tahap awal.

Tesla PHK 10 Persen Karyawan di Seluruh Dunia

Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup

Photo :
  • Freepik

"Layaknya sektor bisnis lain, lanskap ekonomi digital startup akan terus berubah. Kini, sejak tahap awal startup dituntut untuk bisa mengejar profitabilitas dan pertumbuhan yang seimbang," kata Koordinator Startup Digital Sonny Hendra Sudaryana, melalui konferensi pers virtual, Kamis, 15 Desember 2022.

Oleh karena itu, ungkap dia, penting bagi para founders untuk memiliki visi jangka panjang, memaksimalkan kesempatan yang ada dan menciptakan solusi tantangan ekonomi dan sosial yang inovatif.

Setelah program Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 5 selesai, Sonny mengaku masih akan terus memantau kemajuan dari masing-masing peserta melalui Program Alumni, di mana startup akan melakukan sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin setiap bulan selama satu tahun dengan tim SSI.

Kurikulum yang dirancang pun berdasarkan kebutuhan unik startup setiap batch, agar alumni bisa mendapatkan solusi yang tepat sasaran. Startup yang baru saja menerima dana segar investor juga perlu memprioritaskan penggunaannya untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

Misalnya, untuk riset dan memahami kebutuhan konsumen, alih-alih untuk mengejar kompetitor atau tren. Sebagai acuan, startup bisa menggunakan formula 60-30-10 — di mana 60 persen dana untuk pengembangan fitur yang ada, 30 persen untuk inovasi fitur baru, dan 10 persen untuk eksperimen solusi baru.

Formula ini dinilai bisa membantu startup untuk lebih fokus mencapai PMF tanpa terlalu agresif dengan pengeluaran dana. Adapun, kelima belas startup SSI Batch 5 yang resmi menjadi alumni adalah Alterstay (platform ekosistem akomodasi alternatif), Automa (platform rantai pasok berkelanjutan), dan Bioma (marketplace sewa peralatan elektronik).

Lalu, Broom (platform ekosistem digital jual-beli kendaraan), FazPass (CitCall) (solusi omnichannel untuk verifikasi), DotX (platform koperasi kredit untuk karyawan), Eduku (platform edutech), Eratani (platform agritech penyedia solusi end-to-end bagi petani), serta Kanva (e-commerce produk lokal untuk kebutuhan dekorasi rumah).

Kemudian, Metion (solusi rantai pasok daging lokal), MyRobin.id (platform outsourcing penyalur tenaga kerja keseharian on-demand), MySkill (platform persiapan karir dan pengembangan skill), Nona Woman (platform kesehatan perempuan khusus untuk para nona Indonesia), Shafiq (platform investasi syariah secara urun dana), dan Tripwe (marketplace aktivitas petualangan wisata).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya