Cegah Barang Palsu, e-Commerce Ini Pilih Asli Meski Bekas

Ilustrasi barang bekas
Sumber :
  • www.pixabay.com/Sbringser

VIVA.co.id – Industri e-commerce di Indonesia memang cukup menjanjikan. Sayang, tren tersebut harus diiringi dengan banyaknya penjualan barang palsu atau ilegal. Untuk mengantisipasi hal itu, sebuah startup berupaya membuat marketplace yang berisi barang-barang bekas namun dijamin keasliannya.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Menurut laporan dari Special 301 Report oleh Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative’s Office), Indonesia merupakan satu dari 11 negara di dunia yang sering melanggar hak aset intelektual. Sedangkan dari sisi nilai pasar, industri e-commerce di Indonesia diproyeksi akan menjadi yang terbesar di seluruh Asia Tenggara, dengan prediksi mencapai Rp1.732 triliun atau US$130 miliar pada 2020.

Untuk mengarahkan e-commerce ke arah positif, seorang pemilik dari beberapa hak paten di Amerika Serikat, Fransiska Hadiwijana, mengerti seberapa pentingnya melindungi ide dan inovasi. Sampai akhirnya dia memutuskan membuat e-commerce bernama Prelo.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

“Di bisnis saya sebelumnya, banyak sekali aduan dari pembeli dan penjual tentang barang palsu yang dijual. Ini menyadarkan kami bahwa betapa mudahnya barang palsu diperjualbelikan di Indonesia. Akhirnya, ini menjadi salah satu alasan yang mendorong kami membangun Prelo," kata Chief Executive Officer dan founder Prelo, Fransiska Hadiwidjana, di Jakarta, Rabu, 12 April 2017.

Fransiska menjelaskan, Prelo dengan tegas melawan pembajakan dengan cara mengurasi semua barang yang dijual melalui platform. Tim internal dan algoritma khusus dari perusahaan ini diklaim mampu mengidentifikasi produk yang mencurigakan dengan membandingkannya dengan produk lain dalam domain publik berdasarkan deskripsi, merek, model, dan berbagai atribut lainnya.

Investasi di Indonesia, Menperin Ingatkan Apple harus Penuhi Aturan TKDN

Prelo diambil dari nama Preloved, istilah yang saat ini sedang tren, terkait dengan barang bekas yang masih layak pakai dan dijamin keasliannya.

Anak-anak muda di balik Prelo

Menurut wanita yang pernah mengemban ilmu di Singularity University di Silicon Valley, Amerika Serikat dan pengalaman magang di Microsoft dan Google itu, satu tren unik dalam dunia e-commerce untuk barang preloved adalah bagaimana para penjual sering bercerita tentang produk dan diri mereka sendiri, agar pembeli bisa memahami produk yang dijual dengan lebih baik.

"Cerita-cerita ini kami tampung dalam 'Prelo Story' untuk kemudian dibagikan dalam blog dan aplikasi Prelo. Mereka juga bisa berkomunikasi lebih lanjut menggunakan fitur chatting di aplikasi Prelo," katanya.

Semenjak peluncurannya pada November 2015, startup asal Bandung ini telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari US$1 juta atau setara Rp13 miliar. Kini, perusahaan dengan 13 karyawan itu telah memiliki puluhan ribu pengguna aktif setiap bulannya dan memiliki 200 ribu produk yang tersedia dalam platform. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya