Tren Filantropi Online di Indonesia

Ilustrasi mengelola keuangan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Program filantropi atau pengumpulan dana masyarakat untuk kegiatan sosial semakin menjadi tren seiring dengan mulai maraknya pengguna internet di Indonesia. Sebut saja Dompet Dhuafa atau Kitabisa.com. Kesadaran munculnya kekuatan platform online untuk beragam aktivitas, ternyata mampu menjadi alternatif kegiatan filantropi. 

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Hal ini disampaikan oleh Dini Indrawati Septiani, Associate Director of Philanthropy di lembaga nonprofit internasional yang bergerak di bidang lingkungan dan konservasi alam. Lulusan Master Psikologi Intervensi Sosial jebolan Universitas Indonesia ini menyatakan kemajuan teknologi komunikasi berdampak luas dan positif untuk mengampanyekan pentingnya konservasi lingkungan hidup dalam bentuk tindakan kesukarelaan. 

"Penggunaan platform tidak hanya dilakukan untuk menjaring lebih banyak donatur tapi juga, idealnya, digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi program,” ujar Dini di Jakarta, Selasa 25 April 2017. 

Inovasi untuk Menciptakan Produk yang Sesuai Kebutuhan

Dalam kegiatan konservasi, lembaganya sudah lama memanfaatkan teknologi, termasuk teknologi komunikasi dan informasi. “Penggunaannya merata dalam beragam aktivitas organisasi, terutama yang melibatkan stakeholders secara luas," tuturnya.         

Sejak 2015, Dini dan lembaganya menjaring donatur dari beragam latar belakang dan warga negara untuk mendukung program konservasi alam di 69 negara termasuk Indonesia. Saat ini di organisasi lingkungan hidupnya, ada program community development untuk 600 desa hingga 2020. Program community development termasuk di dalamnya pendidikan dan kesehatan, sehingga di satu desa membutuhkan waktu sekitar tiga tahun.

Kiat Bijak Memilih Layanan Pinjaman Fintech: Produktif atau Konsumtif?

Dengan target begitu besar dan jangka waktu singkat, maka mengoptimalkan penggunaan teknologi digital adalah salah satu kunci sukses organisasinya. 

Revolusi digital sudah merasuki hampir semua kalangan di Indonesia, termasuk bawah sekalipun. Maka itu, dipercaya sekali digitalisasi bisa sangat membantu kesuksesan program-program sosial di masyarakat. “Ironi, jika kita tidak memanfaatkan kemajuan teknologi demi menunjang kegiatan sosial," ujarnya. 

Riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan pengguna internet mencapai 132,7 juta atau setara 51,7 persen dari populasi. Ditambah jumlah pengguna telepon seluler diprediksi menembus 173 juta tahun ini. Sekitar 98 persen orang Indonesia memiliki satu akun media sosial, dan pengguna Facebook dari Indonesia 80 juta orang, keempat terbesar di dunia. 

Pertumbuhan angka itu yang menjadi pertimbangan banyaknya program filantropi di Indonesia. Misalnya seperti Kitabisa.com, situs penggalangan dana dan donasi secara online yang dirintis sejak 2013.

Per April tahun ini, dana yang dikumpul Kitabisa.com dari publik mencapai Rp100,16 miliar. Dana tersebut berasal dari 4.707 kampanye/proposal dan 275 ribu donatur.

Sementara itu, untuk Dompet Dhuafa, yang berdiri sejak 1994, mengalami perkembangan dana umat yang semakin besar, berkat  pemanfaatan teknologi internet serta praktik penggalangan dana yang baik.

Laporan keuangan Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2015, penerimaan dana umat mencapai Rp276,5 miliar. Zakat menjadi penerimaan terbesar, yakni Rp147 miliar, disusul infak terikat Rp44,5 miliar, dan infak Rp37 miliar.

Dari penerimaan itu, total penyalurannya Rp269 miliar, yang terbesar untuk program kesehatan Rp56 miliar. Berikutnya, program pendidikan Rp51 miliar dan program ekonomi Rp49 miliar. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya