- REUTERS/Dado Ruvic
VIVA – Bitcoin memang diharamkan oleh para ulama, namun sistem dasar yang digunakan, yakni Blockchain, dianggap sebagai mekanisme yang bisa membuat perbankan lebih aman, ketimbang yang sekarang digunakan.
Dikatakan Fanny Verona, managing director Digital Artha Media (DAM) Corp, sebuah perusahaan fintech-enabler, teknologi Blockchain adalah teknologi yang mendasari berjalannya data tanpa bergantung kepada server terpusat, sehingga terhindar dari risiko downtime. Disebutnya, sistem blockchain hadir dengan mengubah pendekatan yang sentralistik menjadi terdesentralisasi.
"Pada prinsipnya, teknologi Blockchain mengondisikan setiap server yang menjalankan software ini untuk membentuk konsensus jaringan secara otomatis untuk saling mereplikasi data transaksi dan saling memverifikasi data yang ada," jelas Fanny, dalam keterangannya, Selasa 20 Februari 2018.
Karena itu, kata Fanny, ketika salah satu server mengalami hack, server tersebut dapat diabaikan, karena dianggap memiliki data yang berbeda dengan mayoritas jaringan server lainnya.
Teknologi Blockchain lebih mampu menghadapi serangan dibandingkan teknologi yang tersentralisasi karena selalu ada minimal satu server yang berjalan untuk menangani transaksi.
“Di era digital ini, kami melihat adanya kebutuhan yang besar akan pengolahan data yang terdesentralisasi guna meningkatkan efisiensi dan transparansi data. Kami pun telah mengadopsi solusi Blockchain untuk membantu perusahaan di sektor perbankan dengan membangun infrastruktur blockchain dalam sistem white label uang elektronik kami.” katanya.
DAM Corp menyediakan solusi uang elektronik berbasis blockchain untuk perbankan Indonesia. Teknologi Blockchain diyakini tepat bagi industri fintech yang melibatkan banyak pihak dan masih menggunakan sistem manual dan rigid.
Terobosan teknologi ini juga dipercaya efektif untuk mendorong terwujudnya keamanan, keakuratan data transaksi, sehingga pihak bank dapat duduk tenang dan tidak perlu khawatir mengenai sistem keamanan mereka.
