Mengapa Durasi Puasa di Indonesia 13 Jam

Suasana Puasa Terakhir di AS
Sumber :
  • REUTERS/Amr Alfiky

VIVA – Umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah puasa dengan durasi sekitar 13 jam. Durasi puasa di Indonesia tergolong stabil dari tahun ke tahun. Sementara di belahan dunia lain, durasi puasa fluktuatif, bisa lebih panjang atau pendek dibanding durasi puasa di Indonesia. 

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Durasi puasa ada yang mencapai 18 jam dan ada juga yang hanya 5 jam.  Perbedaan durasi puasa di berbagai wilayah di dunia ini ternyata tak lepas dari waktu terbit dan terbenamnya matahari. 

Peneliti bidang astronomi dan astrofisika Pusat Sanis Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rhorom Priyatikanto, mengatakan pada prinsipnya, puasa dilakukan antara waktu subuh dan maghrib. Definisi maghrib adalah ketika piringan Matahari tenggelam sepenuhnya. Waktu subuh pun bergantung pada ketinggian/kedalaman Matahari di bawah ufuk. 

Puasa Selesai, Saatnya Panaskan Ranjang dengan Gaya Baru Ini!

Menu untuk buka puasa bersama umat muslim pada tradisi Megibung di Masjid Al Muhajirin Kepaon, Denpasar, Bali.

"Sementara itu, ufuk tiap lokasi berbeda. Waktu terbit dan tenggelamnya pun berbeda," jelasnya kepada VIVA, Jumat, 18 Mei 2018. 

Haram Hukumnya Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri, Ini Penjelasannya

Dia mengatakan, di Indonesia, Matahari terbit tidak jauh dari pukul 06.00 dan tenggelam tidak jauh dari pukul 18.00. Namun, hal ini tidak berlaku untuk daerah subtropis dan bahkan daerah dekat kutub. Matahari terbit dan terbenam di daerah non tropis bisa berbeda. 

Saat musim dingin, Rhorom menjelaskan, Matahari terbit lebih 'siang' dan tenggelam lebih awal. Hal sebaliknya terjadi saat wilayah nontropis mengalami musim panas. Maka, hal tersebut berpengaruh pada perhitungan waktu subuh dan maghrib yang pada akhirnya menentukan durasi puasa.

"Di Indonesia, waktu subuh adalah ketika Matahari 18 derajat di bawah ufuk," ujarnya. 

Sedangkan posisi Matahari pada bulan ini berada di 20 derajat Lintang Utara. Posisi Sang Surya itu membuat beberapa wilayah punya durasi puasa 10 jam, bahkan ada yang durasinya lebih panjang bisa 18 jam. 

"Tahun ini, dan hingga satu dekade yang akan datang, orang di belahan utara berpuasa lebih lama karena bulan Ramadan bertepatan dengan musim panas. Di Finlandia misalnya, durasi puasa bisa mencapai hampir 18 jam. Sebaliknya, di Chile durasi puasanya hanya sekitar 10 jam," tutur Rhorom. 

Dia mengatakan, durasi puasa di daerah ekstrim, yakni area yang mana tak terjadi terbit dan terbenamnya Matahari, akan sangat berbeda dengan area yang normal. Dampaknya, pada area ekstrim itu, durasi puasa akan sangat singkat yakni 5-6 jam maupun sangat panjang, bisa sampai 18 jam.

"Memang ada yang durasinya sedemikian singkat. Misalnya di Argentina atau Chile bagian selatan. Di Antartika bahkan Matahari tidak terbit," ujarnya. 

Dalam kondisi ekstrim semacam itu,  dia menuturkan, perhitungan waktu salat dan puasa bisa merujuk ke negara/komunitas muslim yang paling dekat. 

"Dengan demikian, durasi puasanya menjadi wajar," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya