5 Fakta Penting Gerhana Bulan Total, Nomor 3 Banyak yang Tak Tahu

Fenomena Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Gerhana Bulan Total yang akan terjadi dini hari nanti, Sabtu 28 Juli 2018 pada pukul 01:24-05:19 WIB merupakan fenomena alam yang langka. Sebab, gerhana tersebut dilabeli sebagai Gerhana Bulan Total terlama pada abad ini. Fenomena ini akan terlihat di sebagian besar wilayah Afrika, Australia, Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, termasuk Indonesia.

Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan

Adapun beberapa fakta Gerhana Bulan Total yang sudah berhasil VIVA rangkum dari berbagai sumber:

Gerhana Bulan Terlama abad 21

Gerhana Bulan Total Terpantau Jelas di Maluku Utara, Berlangsung 1 Jam 25 Menit

Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 merupakan gerhana terlama di abad 21, dengan total puncak gerhana 103 menit atau satu jam 43 menit. Dikutip dari Science Alert, normalnya hanya berlangsung selama satu jam. Gerhana Bulan Total terlama berikutnya akan terjadi pada 2025 dengan total 1 jam 22 menit.

Untuk wilayah Indonesia, puncak Gerhana Bulan tersebut akan terjadi mulai pukul 02:30-04:13 WIB. Waktu Indonesia Tengah dan Waktu Indonesia Timur bisa menyesuaikan dengan waktu tersebut.

8 Macam Gerhana yang Harus Diketahui, Ada Hibrida dan Bintang

Planet Mars lebih terang dari bintang terterang

Planet Mars akan terlihat lebih spektakuler saat totalitas dini hari nanti. Selain lebih terang dari Planet Jupiter, Planet Mars juga menjadi tiga kali lebih terang dari Bintang Sirius, bintang paling terang di kala malam.

Proyeksi penampakan Mars saat Gerhana Bulan Total

Tak berefek magis

Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin Gerhana Bulan Total tidak mempunyai efek magis pada manusia.

"Gerhana Bulan tidak berdampak apapun terhadap manusia. Mitos terkait gerhana tidak ada landasan ilmiahnya," ungkap Thomas.

Momen amati permukaan Bulan

Ilmuwan Lunar Reconnaissance Badan Antariksa Amerika Serikat dapat mengamati permukaan Bulan saat Gerhana Bulan total. Menggunakan kamera inframerah, mereka dapat melihat Bulan jika permukaannya secara perlahan mendingin.

Ilmuwan dapat mempelajari karakteristik regolith. Regolith merupakan campuran tanah dan bebatuan longgar di Bulan yang kerap berubah-ubah.

Ilustrasi permukaan Bulan, hasil rekaan tim Badan Antariksa Eropa (ESA).

Waspada rob

Fenomena satelit alami Bumi, Bulan, akan terjadi berbarengan dengan purnama. Atas terjadinya dua fenomena tersebut, akan ada efek gabungan. Thomas mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gelombang tinggi di laut.

Efek gabungan dari gelombang tinggi dan pasang maksimum bisa menyebabkan naiknya permukaan air laut ke daratan dan akhirnya menyebabkan banjir pasang (rob) melintas ke daratan yang lebih jauh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya