Mahasiswa Brawijaya Sukses Ubah Bakteri Jadi Tinta Pulpen

Tinta pulpen yang menyala di tempat gelap.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Tiga mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur yaitu Novia Rosa Damayanti, Renaldy Fredyan, Mey Yuliana, sukses mengubah bakteri menjadi tinta pulpen melalui isolasi bakteri.

Pendingin Udara Ini Bisa Mendeteksi Pergerakan Manusia

Mereka berharap dengan adanya jenis pulpen dengan tinta bercahaya ini mampu mengurangi penggunaan smartphone. Novia mengatakan hasil riset yang dilakukan ditemukan beberapa jenis bakteri dapat memancarkan cahaya yang biasa disebut bakteri bioluminesensi.

Proses pemancaran cahaya ini melibatkan transpor elektron. "Potensi besar yang dimiliki oleh bakteri bioluminesensi sebagai kandidat kuat untuk menjadi tinta yang bercahaya agar tulisan yang dihasilkan mampu terbaca di tempat gelap. Sehingga mengurangi penggunaan perangkat elektronik dengan radiasi," kata Novia, Rabu, 8 Agustus 2018.

Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading, Pelaku Rampas Ponsel Korban Sebelum Kabur

Ia juga mengungkapkan riset ini didasari atas perkembangan teknologi. Di mana setiap orang selalu menggunakan ponsel pintar sebagai perangkat pembantu manusia untuk bekerja seperti kegiatan membaca dan menulis.

Novia menjelaskan pencahayaan dari perangkat ponsel pintar bersifat radiasi yang merusak mata dan membuat mata cepat lelah.

Wanita Hamil Ditemukan Tewas di Ruko Kelapa Gading, Ponselnya Hilang

Efek lain yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler dibagi menjadi dua yaitu efek fisiologis dan efek psikologis.

"Untuk kegiatan membaca dan menulis selain ponsel, kan kertas. Sedangkan penggunaan baca tulis pada kertas juga terkendala cahaya, berbeda dengan perangkat seperti ponsel pintar yang memiliki cahaya mandiri," ujar Novia.

Salah satu anggota tim lainnya, Reynaldy mengatakan dipilihnya bakteri bioluminesensi karena merupakan bakteri yang mampu berpendar.

Bakteri ini dapat ditemukan pada beberapa spesies laut. Untuk mendapatkan bakteri bioluminesensi dilakukan isolasi, pemurnian, serta dikulturkan.

"Isolasi bakteri dilakukan dengan beberapa sampel dan tempat yang berbeda. Sampel utama yaitu cumi-cumi, lumpur laut, dan air laut. Sampel didapatkan dari dua tempat yang berbeda yaitu pantai utara Lamongan dan pantai selatan di pesisir pulau sempu, Malang," tutur Reynaldi.

Isolasi dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada tiap sampel dan setiap tempat. Pengujian awal menggunakan sinar UV sebagai salah satu parameter perpendaran pada sampel.

"Hingga dilakukan pemurnian dan pengkulturan untuk menumbuhkan bakteri bioluminesensi. Media yang digunakan adalah LA (Luminescent Agar) dan LB (Luminescent Broad)," jelasnya.

Kemudian, bakteri pada media LA miring yang telah tumbuh diuji dengan menggunakan metode cat gram. Cat gram yang digunakan adalah cat gram A, B, C, dan D. Hasil yang didapatkan yakni bentuk bakteri adalah bulat (Coccus), tidak berflagela, dan berwarna merah (gram negatif).

"Jenis bakteri untuk sementara dapat disimpulkan photobacterium phosporium. Bakteri tersebut selanjutnya akan dikondisikan seperti cairan yang berwarna. Cairan tersebut yang nantinya dapat digunakan sebagai tinta bercahaya pada pulpen," ungkap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya