Fakta-fakta Sains Hewan Maskot Asian Games 2018

Tiga maskot Asian Games 2018.
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Semarak Asian Games 2018 sedang membahana di seluruh Tanah Air. Di gang-gang sampai pinggir jalan bertebaran spanduk dukungan untuk pesta olahraga kedua terbesar di dunia itu. Sebagaimana umumnya, tak lengkap rasanya ajang olahraga tanpa kehadiran maskot. Nah Asian Games 2018 punya tiga maskot yang diambil dari nama Bhinneka Tunggal Ika. 

BPTJ: Angka Pemudik Gratis 2024 Meningkat 62,3 Persen

Tiga maskot tersebut adalah Bhin Bhin yang merupakan burung Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) yang merepresentasikan strategi. Maskot lainnya yaitu Atung, seekor rusa Bawean (Axis huhlii) yang mewakili kecepatan dan Kaka yang merupakan seekor badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) yang merepresentasikan kekuatan.

Berikut profil hewan maskot Asian Games 2018 tersebut: 

Menteri Perhubungan: Mudik yang Berkeselamatan Tidak Menggunakan Sepeda Motor

Cendrawasih Kuning Besar

Kelompok burung Cendrawasih selama ini kerap dikenal sebagai burung Papua. Padahal kelompok burung ini tersebar mulai dari Maluku (Halmahera), Papua (Indonesia dan Papua Nugini) sampai Australia. 

Waskita Gelar Mudik Gratis ke 4 Rute Tujuan Pemudik di Jawa

Selama ini Cendrawasih dikenal sebagai burung Papua lantaran beberapa jenis terutama Genus Paradisaea dan Paradisornis yang punya bulu dekorasi indah memang terdistribusi hanya di Papua. 

Keunikan burung ini dibanding Cendrawasih lainnya yaitu bulu dekorasinya yang indah berwarna kuning dan putih. 

Peneliti Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mohammad Irham menjelaskan, Cendrawasih lainnya yang punya pola dekorasi bulu serupa yaitu Cendrawasih Kecil (Paradisaea minor). 

Ciri khusus Cendrawasih Kuning Besar yakni berukuran besar untuk jantan bisa mencapai 43 cm. Bulu dekorasi jantan berasal dari sisi tubuh berwarna kuning dan putih. 

Untuk kepala sampai leher berwarna kuning, sedangkan bagian dagu sampai tenggorokan berwarna hijau zamrud kekuningan. Warna dada bagian atas hitam kecoklatan dan bagian tubuh lainnya berwarna coklat, serta paruhnya berwarna biru pucat. 

Irham menjelaskan, karena punya bulu dekorasi yang indah maka burung jenis ini disebut dengan Burung Surga atau birds of paradise.

Irham mengatakan, penyebutan Cendrawasih sebagai Burung Surga muncul sekitar abad 17-18. Nama ini muncul sebagai akumulasi dari berbagai nama yang dipakai baik oleh penduduk lokal, termasuk pedagang melayu, bangsawan Maluku, atau pedagang/penjelajah Eropa atas interpretasi berdasarkan spesimen burung Cendrawasih yang diawetkan oleh penduduk Papua.

Sebagian menamakan Cendrawasih dengan nama lain. Misalnya pedagang melaju menyebut Cendrawasih sebagai Manuk Dewata. Penyebutan ini kemudian diadopsi pada genus Manucodia yang masih dalam Famili Paradisaea. 

Sedangkan Raja Maluku/Bacan, jelas Irham, menghadiahkan spesimen burung ini dan menyebutnya sebagai Bolon Diuata atau Birds of God. Orang Biak punya sebutan lain untuk Burung Surga ini yakni Mambesak atau burung suci. 

Orang Eropa punya berbagai penyebutan Cendrawasih. Orang Portugis menyebut burung ini sebagai Burung Matahari (Passaros del sol). Orang Belanda menyebutnya Paradise Birds (Avis paradiseus). 

Sedangkan penduduk lokal seringkali membuang kaki dan sayap saat proses pengawetan spesimen burung Cendrawasih terutama genus Paradisaea apoda secara tradisional. 

"Sehingga menimbulkan imajinasi bahwa burung ini muncul dari surga dan terbang dengan bantuan angin," jelasnya. 

Malah ada sebagian orang yang mengatakan burung Cendrawasih diasosiasikan juga sebagai Phoenix. 

Mengenai asal usul Cendrawasih, Irham belum mengetahui data detail evolusi burung ini. Tapi secara hubungan kekerabatan berdasarkan penelitian molekuler, sebagian besar burung-burung passerine yang terdapat di wilayah Papua (Papua Nugini) dan Australia, yang secara evolusi geologi berasal dari lempeng Gondwana, tergabung dalam satu ordo besar yang disebut parvorder corvida, yang terdiri atas superfamily  Menuroidea, Meliphagoidea dan Corvoidea. 

"Burung Cendrawasih termasuk dalam superfamily Corvoidea, dan berkerabat dekat dengan family Corvidae atau kelompok gagak," tuturnya.  

Rusa Bawean

Maskot Rusa Bawean melambangkan kecepatan. Apa benar rusa ini bisa melesat cepat. Peneliti Pusat Biologi LIPI, Gono Semiadi mengatakan kecepatan lari Rusa Bawean belum ada ukuran pakem berapa. Namun dia mengakui, hewan ini tergolong lincah berlari. 

Gono mengira kelincahan Rusa Bawean ini kemudian dijadikan inspirasi simbol kecepatan dalam maskot Asian Games 2018.

"Rusa Bawean itu lincah, cepat pergerakannya karena dia hidup di habitat semak-semak dan menyukai persemakan dan menjauhi keramaian," jelasnya kepada VIVA. 

Di antara jenis rusa lainnya, Rusa Bawean memang bisa diadu kecepatannya. Gono mengatakan kalau Rusa Bawean adu balap dengan Rusa Jawa, Rusa Sambar, dia yakin Rusa Bawean itu lebih cepat, lincah dan zig zag-nya lebih fleksibel.

Mengenai kabar Rusa Bawean bisa berlari tanpa henti selama 7 jam, Gono mengatakan informasi tersebut kurang tepat. Dia mengungkapkan, Rusa Bawean punya gaya lari, yakni lari kencang selama paling tidak 500 meter kemudian bersembunyi dan diam tak bergerak di semak-semak. Siasat ini dilakukan rusa tersebut untuk menghindari deteksi dari musuhnya.

"Kemudian dia lari lagi setelahnya. Saat dia di semak-semak, dia diam dan tiarap tak bergerak," jelasnya. 

Tentang keistimewaan Rusa Bawean, Gono mengatakan tidak banyak. Salah satu yang jelas istimewa, Rusa Bawean hanya hidup di Pulau Bawean, Jawa Timur.

Soal hanya hidup di pulau tersebut, ini terkait dengan asal usulnya di masa lampau. Gono menjelaskan dahulu Rusa Bawean berkeliaran di China, Filipina, Indonesia, sebab kala itu daratan kontinen masih menyatu. 

Sementara secara evolusi, kelompok rusa dulunya muncul dari Asia Kecil yang saat ini masuk wilayah India dan China. Kemudian karena daratan kontinen terpisah, Rusa Bawean terperangkap di Pulau Bawean. 

"Jadi dulu ketika daratan lepas dan menjadi pulau-pulau kecil, nenek moyang Rusa Bawean tak sempat migrasi. Sementara nenek moyang rusa dari Asia Kecil itu wira-wiri ke Indonesia," jelasnya.

Untuk saat ini, kerabat Rusa Bawean secara taksonomi jauh sekali terpisah. Kerabat rusa ini yang terdekat berhabitat di Filipina. 

"Studi paleontologi dan biogeografi secara detail memang belum, tapi ada kerabat Rusa Bawean yang terkucil di Filipina. Jadi saat dulu daratan kontinental kita pecah, Rusa Bawean tak sempat pindah atau migrasi dan terisolir di Bawean," tuturnya. 

Fakta lainnya, Rusa Bawean ternyata punya aroma khusus di saat-saat tertentu. 

Gono mengatakan, untuk Rusa Bawean jantan memang punya aroma spesifik saat sedang birahi. Namun, menurutnya, baunya tak begitu pekat dibanding dengan bau rusa lainnya. Aroma spesifik itu muncul dari kelenjar tapi tak sekuat bau di kambing. 

Badak Bercula Satu

Badak ini dikenal dengan sebutan badak Jawa. Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang ada diambang kepunahan. 

Dikutip dari laman WWF Indonesia, dengan hanya sekitar 50 ekor individu di alam liar, spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa. Populasi badak Jawa di Vietnam telah dinyatakan punah.

Status badak Jawa dilindungi sejak 1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan penetapan Ujung Kulon di barat daya pulau Jawa sebagai taman nasional sejak 1992.

Badak Jawa.

Profil fisik Badak Jawa yaitu

- Cula kecil dengan panjang sekitar 25 cm untuk badak jantan sementara badak betina hanya memiliki cula kecil atau tidak sama sekali

- Berat badan antara 900-2.300 kg, dengan panjang badan 2-4 meter dan tinggi 1,7 meter

- Berwarna abu-abu dengan tekstur kulit yang tidak rata dan berbintik

- Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sementara betina pada usia 5 sampai 7 tahun dengan masa mengandung selama 15-16 bulan

- Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun dan ranting.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya