'Dewa Kekacauan' di Ambang Meledak Dahsyat, Bahaya bagi Bumi?

Ilustrasi ledakan sinar gamma di antariksa
Sumber :
  • ww.rt.com/NSF/LIGO/Sonoma State University/A. Simonnet

VIVA – Ilmuwan Universitas Sydney Australia dan gabungan peneliti Inggris menemukan ada bintang luar biasa yang berjarak 8 ribu tahun cahaya dari bumi. Bintang ini berada di ambang ledakan supernova raksasa, yang bisa menghasilkan ledakan sinar gamma pertama di Galaksi Bima Sakti. Sebuah ledakan dahsyat di antariksa.

Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan

Dikutip dari Russian Today, Kamis 22 November 2018, ledakan sinar gamma ini merupakan peristiwa sangat berenergi, berbahaya dan paling ekstrem setelah ledakan Big Bang. 

Bintang ini merupakan sistem dua bintang raksasa yang disebut Apep. Nama ini diambil dari nama Dewa Ular dari mitologi Mesir kuno yang merupakan musuh bebuyutan dari Dewa Matahari. 

Begini Cara Realme Sukses Lawan Samsung, Apple dan Xiaomi

Ilmuwan mengatakan, bintang Apep terdiri dari dua bintang panas dan bercahaya yang mengorbit satu sama lainnya tiap 100 tahun atau lebih. 

Salah satu bintang punya kondisi sempurna untuk menciptakan ledakan sinar gamma yang berpotensi melucuti lapisan ozon di atmosfer bumi dan secara drastis bisa meningkatkan paparan sinar ultraviolet dari matahari. Makanya dengan kengerian yang bisa dihasilkan itu, ilmuwan menyebutkan bintang ini sebagai 'Dewa Kekacauan'.

Lima Trik Bikin Wi-Fi di Rumah Makin Ngebut

Untungnya, ilmuwan mengatakan bintang 'Dewa Kekacauan' ini tidak menyasar bumi. Tapi ilmuwan mengaku tak bisa memastikan apa yang akan terjadi pada bintang Apep ini di masa depan. 

"Sistem ini mungkin cukup melambat sehingga meledak sebagai supernova normal dibanding ledakan sinar gamma. Namun sementara ini menjadi posisi menguntungkan pengamatan fisika yang belum pernah kita lihat sebelumnya di galaksi kita," jelas pemimpi studi tersebut, Profesor Peter Tuthill.

Ilmuwan menggunakan ragam teleskop untuk mengungkap bintang 'Dewa Kekacauan' tersebut. Tim memakai Teleskop Anglo-Australia, Teleskop Very Large di Gurun Atacama, Chile. Peneliti Australia dalam riset ini dibantu peneliti Universitas Edinburgh Inggris, Universitas Sheffield Inggris dan Universitas New South Wales Australia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya