Hujan Dini Hari Terus Terjadi, Anomali?

Hujan lebat dan banjir
Sumber :
  • ANTARA FOTO/HO/H. Prabowo

VIVA – Dalam beberapa hari sepekan terakhir, hujan dini hari sampai subuh terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Hujan kemudian berhenti pada pagi hari dan turun lagi sore hari. Pola seperti itu terjadi belakangan ini. Salah satu area yang mengalami pola tersebut adalah Jakarta dan sekitarnya.

Bangunan Sekolah di Kolaka Roboh Ditimpa Tanah Longsor, 2 Ruang Kelas Porak-Poranda

Kepala Sub-Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Siswanto menjelaskan, hujan dini hari atau pagi hari bukanlah suatu anomali, hanya saja dia mencatat dengan adanya perubahan iklim, pola hujan pagi hari berubah. 

Siswanto mengatakan, pantauan data hujan Jakarta dalam 130 tahun belakangan ini mengindikasikan tren peningkatan signifikan intensitas maupun keseringan kejadian hujan pagi hari. 

Hujan Sedang hingga Lebat Diperkirakan Guyur Sejumlah Daerah pada Hari Ini

Siswanto menunjukkan data, pola hujan pagi hari makin menguat pada periode iklim saat ini, penguatan itu terlihat jika dibandingkan dengan periode iklim pada periode 1901-1910 dan 1971-1980.

Dari riset Siswanto dan timnya, selama 130 tahun data hujan di Jakarta menunjukkan perubahan iklim tak hanya dari perubahan magnitudo rata-rata tapi juga pola hujan maksimum juga berubah. 

Setelah Dubai, Hujan Ekstrem Diprakirakan Akan Landa Arab Saudi

"Hujan pagi hari sendiri bagi daerah pesisir sejatinya bukan yang aneh, dikenal sebagai tipe hujan maritim," jelasnya kepada VIVA, Kamis malam 30 Januari 2019. 

Dia menuturkan, hujan-hujan bertipe maritim yang terjadi pada daerah dekat laut yang umumnya terjadi dini hari atau hingga pagi, secara lokal dipengaruhi embusan angin darat dan angin laut.   

Di dekat pesisir Jakarta Utara misalnya. pada Januari atau Februari, suhu permukaan udara cukup tinggi. Dalam kondisi tersebut tanah menyerap suhu panas itu karena akumulasi panas sinar Matahari pada kondisi langit cerah. 

Panas yang dihasilkan tanah itu kemudian dilepaskan pada sore dan malam hari, kondisi ini menyebabkan pembentukan awan cumulus atau cumulonimbus dan curah hujan. 

"Pada malam hari, tanah daerah pesisir mendingin dengan kecepatan lebih cepat dari perairan Teluk Jakarta terdekat. Hal ini menyebabkan angin darat yang berembus ke laut," katanya. 

Sementara dari sisi dinamika angin, sejak Desember, angin regional secara umum menunjukkan angin baratan monsun Asia. Siswanto menjelaskan, angin ini membawa udara dengan kelembaban tinggi. Angin baratan ini akan berinteraksi dengan angin darat atau angin laut yang menyebabkan daerah konvergensi lokal. 

"Dan memicu puncak curah hujan pantai di dini hari. Artinya in terjadi faktornya adalah angin baratan monsun Asia dengan angin darat atau angin laut," tuturnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya