Waktu Salat di Indonesia Salah, Pakar: Umat Islam Tak Perlu Risau

Gerakan salat berjamaah di Pantai Losari Makassar.
Sumber :

VIVA – Waktu salat Indonesia kembali menjadi sorotan. Lembaga riset Islamic Science Research Network atau ISRN Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, mengoreksi waktu salat yang dirilis Kementerian Agama. Tim ini berpendapat, waktu salat di Indonesia selama ini salah. 

Penghulu dan Penyuluh Dilibatkan Sebagai Aktor Resolusi Konflik Berdimensi Agama

Menurut temuan tim ISRN, waktu salat di Indonesia terdapat kekeliruan, khususnya waktu salat Isya dan Subuh. Lembaga tersebut mengatakan, waktu Isya di Indonesia terlambat sekitar 18-19 menit. Sedangkan waktu salat Subuh selama ini terlalu cepat rata-rata 26 menit. 

Terkait hal tersebut, Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama, Thomas Djamaluddin menegaskan, jadwal waktu salat yang dirilis Kementerian Agama sudah sesuai dengan ketentuan syar'i dan astronomi

Trent Alexander-Arnold Siap Bangkitkan Juara Liverpool

"Umat Islam di Indonesia tidak perlu risau dengan hasil penelitian ISRN," kata Thomas yang merupakan Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dihubungi, Kamis 9 Mei 2019. 

Dia menjelaskan, waktu Isya didasarkan pada pengamatan dan perhitungan fajar astronomi yakni saat posisi Matahari rata-rata 18 derajat di bawah ufuk (-18 derajat). Sedangkan waktu Subuh ditentukan pada awal fajar astronomi di Indonesia, yang mana saat posisi Matahari yakni 20 derajat di bawah ufuk atau (-20 derajat).

Matahari Putra Prima Ditinggal Resign 3 Bosnya, Ada Apa?

Thomas mengatakan, fajar astronomi merupakan awal subuh. Fajar ini dalam bahasa Islam adalah fajar shadiq atau fajar yang sesungguhnya. Fajar astronomi ini ditandai dengan meredupnya bintang-bintang di ufuk timur karena mulai munculnya cahaya akibat hamburan cahaya Matahari oleh atmosfer.  

Tim ISRN berpandangan, kriteria angka -20 derajat dan -18 derajat untuk menentukan waktu salat Isya dan Subuh sudah usang. Kriteria ini dipakai Mesir pada masa lalu dan diadopsi oleh kawasan Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Kriteria itu ditentukan saat peralatan pengamatan belum secanggih saat ini.  

Dalam tulisan di blog pribadinya, Thomas mengatakan, kontroversi waktu salat sudah di Indonesia sudah berkali-kali muncul dan tenggelam. Sebelum 2017, Thomas mengatakan, heboh wacana yang mempertanyakan kapan persisnya munculnya waktu Subuh. Waktu Subuh seharusnya dimulai saat fajar mulai menguning. Kemudian pada 2017, wacana yang muncul menggugat waktu Subuh yakni didasarkan pada hasil penelitian pengukuran cahaya langit. 

Dua tahun selepas 2017, wacana waktu salat Isya dan Subuh juga muncul kembali dengan didasarkan pada kecerlangan langit. 

Thomas mengatakan, tim Hisab Rukyat Kementerian Agama meneliti waktu salat di Indonesia pada April 2018 untuk menjawab keraguan waktu salat Subuh di Indonesia. Tim ini mengambil lokasi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur yang minim polusi cahaya.

Akhir fajar dengan tanda matahari terbit di Labuan Bajo

Tim yang terdiri dari astronom amatir, BMKG, dosen Ilmu Falak dan Kementerian Agama mengukur dengan menggunakan Sky Quality Meter (SQM), kamera DLSR, dan hasil pengukuran menunjukkan jadwal salat dari Kementerian Agama tidak terlalu cepat. Dalam risetnya, tim ISRN juga menggunakan pengukuran waktu salat dengan metode SQM dan verifikasi menggunakan kamera DLSR. 

Thomas menegaskan, hasil pengukuran tim Kemenag pada 2018, kurva cahaya yang terukur dengan SQM menunjukkan penurunan magnitudo terjadi mulai pukul 04.46 WITA dan 04.44 WITA. 

"Penurunan magnitudo mengindikasikan mulai munculnya cahaya fajar astronomi. Waktu tersebut bersesuaian dengan posisi matahari -19,5 dan -20 derajat," jelas Thomas di blognya. 

Sedangkan pemotretan menggunakan kamera DLSR tim Kemenag dalam pengamatan 2018 itu menyajikan mulai pukul 04.36 WITA bersesuaian dengan ketinggian Matahari -22 derajat, dan sampai pukul 05.00 WITA bersesuaian dengan ketinggian Matahari -16 derajat.   
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya