16 Spesies Baru Keong Darat, Ada yang Dinamai Abdidalem

Spesies baru keong darat, Landouria menorehensis
Sumber :
  • Instagram/@lipiindonesia/Tedi Setiadi

VIVA – Indonesia kembali menambah daftar panjang keanekaragaman hayati. Peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Ayu Savitri Nurinsiyah bersama Marco Neiber dan Bernhard Hausdorf dari Centrum für Naturkunde/CeNak, Universität Hamburg, Jerman, berhasil menemukan spesies baru keong darat. 

Begini Penampakan Beruang Hasil Perkawinan Silang Antarspesies

Penemuan tersebut dipublikasikan dalam 'Revision of the land snail genus Landouria Godwin-Austen, 1918 (Gastropoda, Camaenidae) from Java' yang diterbitkan oleh European Journal of Taxonomy edisi Mei 2019.

Terdapat 16 spesies baru keong darat yang berhasil ditemukan oleh ketiga peneliti moluska tersebut. Ilmuwan meneliti berdasarkan investigasi terhadap keong Landouria dari hasil koleksi langsung di Jawa maupun yang tersimpan di berbagai museum dunia seperti Natural History Museum of London (Inggris), Naturalis Biodiversity Center (Belanda), Senckenberg Museum of Frankfurt (Jerman), Zoological Museum of the University of Hamburg (Jerman), dan Museum Zoologicum Bogoriense (Indonesia). 

Geger Penemuan Ular Spesies Baru, Kelaminnya Dua dan Nonjol Keluar

"Dalam melakukan revisi sistematika, penelitian ini menerapkan pendekatan integratif yang menggabungkan pemeriksaan morfologi cangkang, karakter genitalia, dan DNA," jelas Ayu dikutip dari keterangan laman LIPI, Minggu, 2 Juni 2019.

Ayu menjelaskan, hasil penelitian mengungkapkan, Landouria merupakan keong darat yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi di Jawa. 

Geger Penemuan Tengkorak Kuno Jenis Spesies Manusia Baru

“Dari enam spesies Landouria yang diungkap oleh van Benthem Jutting (1950) dan satu spesies oleh Bunjamin Dharma (2015), kami berhasil mendeskripsi kembali 28 spesies di Jawa, 16 di antaranya adalah spesies baru dalam ilmu pengetahuan," jelasnya.

Keenam belas spesies tersebut di antaranya Landouria parahyangensis yang dinamakan berdasarkan area sebaran spesies tersebut yaitu di tanah Sunda (Parahyangan). 

Sementara Landouria petrukensis diberi nama Petruk karena hanya ditemukan di kawasan gua Petruk, Kebumen. 

“Sedangkan Landouria abdidalem terinspirasi dari abdi dalem Keraton Yogyakarta di mana spesies tersebut ditemukan di Provinsi Yogyakarta,” ujar Ayu.

Sementara spesies-spesies lainnya masing-masing diberi nama Landouria naggsi, Landouria nusakambangensis, Landouria tholiformis, Landouria tonywhitteni, Landouria madurensis, Landouria sewuensis, Landouria sukoliloensis, Landouria nodifera, Landouria pacitanensis, Landouria zonifera, Landouria pakidulan, Landouria dharmai, dan Landouria menorehensis

Menurut Ayu, sebagian besar Landouria adalah hewan endemik atau hanya memiliki sebaran di daerah-daerah tertentu di Jawa. 

“Keanekaragaman spesies Landouria tertinggi sebanyak 19 spesies terdapat di dataran rendah di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Keragaman tersebut berkurang dengan meningkatnya ketinggian,” ujar Ayu.

Dia menjelaskan, hanya lima spesies yang tercatat berada pada ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut, dan hanya dua spesies yang diketahui memiliki sebaran hingga ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut.

“Karena sebaran yang terbatas inilah, hewan endemik seperti Landouria sangat rentan terhadap ancaman kepunahan,” jelasnya.

Ayu mengungkapkan, perubahan dan kehilangan habitat merupakan salah satu contoh ancaman yang sedang dihadapi oleh Landouria di Jawa. “Oleh karena itu, konservasi dan pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia sangat penting dan mendesak untuk dilakukan,” ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya