Astronaut Perempuan akan ke Bulan, NASA Bersiap 'Ramal' Matahari

Ilustrasi jarak Bumi dengan Matahari.
Sumber :
  • IBTimes UK

VIVA – Badan Penerbangan dan Antariksa milik Amerika Serikat (NASA) sedang bekerja mengamati siklus cuaca matahari. Hal ini mereka lakukan untuk memprediksi kapan saat yang aman untuk terbang ke ruang angkasa. 

Kapan Bumi Kiamat?

"Kemampuan untuk meramalkan cuaca sangat penting, apalagi NASA bersiap untuk mengirimkan perempuan pertama dan laki-laki berikutnya ke Bulan dengan program Artemis," ujar NASA, dilansir dari laman resminya, Kamis 13 Juni 2019. 

Menurut NASA, para peneliti saat ini telah menemukan metode terbaru yang bisa memprediksi aktivitas matahari. Mereka mencatat selama 11 tahun terakhir, aktivitas matahari naik turun, dan diperkirakan siklusnya akan melemah selama 200 tahun terakhir. 

Matahari Putra Prima Ditinggal Resign 3 Bosnya, Ada Apa?

Diukur dari jumlah bintik di matahari, kemungkinan siklus matahari maksimal hanya sekitar 30 hingga 50 persen lebih rendah dari yang terbaru. 

Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa siklus matahari berikutnya akan terjadi mulai dari 2020, kemudian mencapai puncaknya pada 2025 mendatang. 

5 Negara Tanpa Malam, Matahari Hampir Tidak Pernah Terbenam

Dengan hasil itu, NASA memutuskan bahwa waktu tersebut adalah saat terbaik untuk bepergian ke ruang angkasa. Termasuk perencanaan misi eksplorasi dengan manusia di dalamnya selama periode radiasi di titik terendah. 

"NASA diminta untuk membawa astronot Amerika Serikat ke Bulan dalam waktu lima tahun lagi dengan mendarat di Kutub Selatan Bulan. Dengan tenangnya cuaca di dekade itu, ini waktu yang tepat untuk mengeksplorasi," ujar pihak badan antariksa Amerika Serikat itu. 

Penelitian terbaru ini dipimpin oleh ilmuwan dari Bay Area Environmental Research Institure di Nasa Ames Research Center. Pengamatan menggabungkan dari dua misi luar angkasa NASA, yaitu Solar and Heliospheric Observatory dan Solar Dynamics Observatory dengan data yang dikumpulkan sejak 1976 dari National Solar Observatory. 

Namun NASA juga mengakui ada kesulitan para peneliti untuk memprediksi cara kerja matahari. Termasuk memperkirakan pengukuran fenomena bintik-bintik di permukaannya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya