Indonesia Defisit Energi Listrik, Sabut Kelapa Solusinya

Uji coba energi terbarukan untuk sumber listrik
Sumber :
  • Dokumen LIPI

VIVA – Indonesia saat ini mengalami defisit energi listrik karena pasokan listrik semakin menipis, sementara kebutuhan energi listrik meningkat dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan. Untuk mengatasi tersebut banyak bahan yang bisa dipakai salah satunya, sabut kelapa.

Politikus PKS Prihatin Jokowi Tak Paham Kedudukan BRIN soal Orkestrasi Penelitian

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan energi terbarukan untuk sumber listrik lewat teknologi fuel cell atau sel bahan bakar, baterai, dan turbin angin.

Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Deni Shidqi Khaerudini, mengatakan fuel cell merupakan salah satu pengembangan Pusat Penelitian Fisika LIPI. “Riset fuel cell yang dilakukan LIPI difokuskan pada pembuatan gas diffusion layer (GDL) untuk aplikasi charger ponsel,” jelas Deni dalam keterangannya dikutip Jumat, 5 Juli 2019.

Reaktor Fusi Nuklir Terbesar di Dunia Beroperasi, Bukan untuk Perang

Material GDL fuel cell berasal dari biomassa sabut kelapa yang ekonomis. Sementara bahan bakarnya menggunakan CO2 yang dianggap sebagai penyebab efek rumah kaca. “Kami berusaha menangkap CO2 yang ada sebelum sampai ke atmosfer,” ujar Deni.

Dia menjelaskan, fuel cell memiliki keunggulan memiliki kerapatan daya yang besar, efisiensi mencapai 60 persen, mudah dibawa, serta waktu startup yang relatif cepat.

Banyak Kasus Misterius, LIPI Diminta Bisa Ikut Pecahkan

Selain energi dari sabut kelapa, LIPI juga mematenkan baterai ion litium ‘merah-putih’. Tipe ‘merah’ didesain untuk pemakaian daya besar, seperti aplikasi kendaraan listrik. Sementara tipe ‘putih’ digunakan untuk aplikasi daya rendah, seperti alat komunikasi. Yang membedakan adalah material elektroda.

“Kebutuhan baterai sebagai penyimpan energi saat ini masih rendah, namun ke depannya akan semakin meningkat tidak hanya sebagai penyimpan, tetapi juga sebagai pembangkit energi,” ungkap peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Achmad Subhan.

Penghasil listrik lainnya adalah turbin angin. Turbin angin mengonversi tenaga gerak dari angin menjadi energi listrik. Dalam pengembangannya, LIPI bekerja sama dengan A Wing group Jepang.

“Keunggulan produk ini adalah dapat digunakan dalam jangka panjang, beda dengan yang ada di pasaran,” ujar peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI Agus Sukarto Wismogroho.

Turbin LIPI yang telah dipasang di beberapa titik telah mencapai hampir usia 10 tahun, sementara produk sejenis rata-rata hanya mampu bertahan satu tahun. “Daya yang dihasilkan bervariasi, yaitu 0,3 kW, 0,5 kW dan 1kW, sesuai untuk skala rumah tangga,” ujar Agus. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya