Rusia Punya Gibka-S, Bisa Tembak Jatuh Drone AS

Ilustrasi drone yang dilengkapi senjata rudal.
Sumber :
  • LinkedIn

VIVA – Rusia resmi memiliki Gibka-S. Ini merupakan sistem pertahanan udara terbaru milik Rusia yang fungsinya menghancurkan pesawat tanpa awak atau drone. Kendaraan militer berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) itu mampu mendeteksi drone musuh, utamanya Amerika Serikat (AS), di udara dengan kecepatan hingga 700 meter per detik dalam radius hingga 40 kilometer dan ketinggian maksimal 10 kilometer.

Rusia Telah Menangkap Pemodal Teroris Serangan Moskow, Ternyata Dikirim Melalui Ukraina

Deteksi itu ditangani oleh optik elektronik Garmon kompleks, yang terintegrasi dengan sistem utama Gibka-S. Mengutip situs Janes, Senin, 24 Februari 2020, teknologi tersebut juga diklaim mampu membedakan drone target dan nontarget di sekitarnya secara terpisah, melakukan penguncian, serta kemudian menunggu perintah manusia untuk menghancurkannya.

Bukan itu saja. Gibka-S bisa menerima koordinat target dari instalasi dan pusat radar yang lebih kuat, dan menyampaikan seluruh situasi taktis di darat kepada operator manusia. Sistem ini, selain drone, juga dirancang untuk menjatuhkan pesawat dan helikopter yang terbang rendah dengan pemandu infra merah yang dapat menyasar target hingga jarak enam kilometer.

Meski Negaranya Tengah Dilanda Aksi Terorisme, Rusia Tetap Kirim 29 Ton Bantuan ke Gaza

Senjata antidrone Rusia, Gibka-S.

Gibka-S.
Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Gibka-S dipasang di atas kendaraan lapis baja Tiger. Setiap Tiger dapat dipasangkan hingga empat peluncur Rudal Igla dan Verba di atasnya. Gibka-S dikembangkan oleh High Precision Systems dari basis sistem pertahanan udara laut 3M-47 Gibka. Rudal yang digunakan pada sistem ini adalah Igla atau Verba dari jenis rudal Man-portable Air-Defense Systems (MANPADS).

Sistem pertahanan udara baru untuk Angkatan Darat Rusia ini diprediksi akan melindungi infanteri dari serangan drone pembawa bom yang menjadi senjata utama militan Timur Tengah. Saat ini para ilmuwan Rusia sedang berkutat mengerjakan AI yang akan dapat secara bersamaan mengendalikan dan mengoordinasikan serangan dari puluhan drone.

Melansir RBTH, satu peleton Gibka-S terdiri dari hingga enam kendaraan tempur dengan peluncur rudal bawaan, ditambah kendaraan pengintai dan pengontrol senjata yang ditempatkan di barisan sebagai bagian dari komando kelompok.

Sistem pertahanan udara seperti Pantsir-S1, S-400, Tor-M2, dan Buk dibangun untuk menghancurkan pesawat tempur, pengebom, rudal jelajah, dan sejenisnya. Sederhananya, mereka adalah sistem berbiaya tinggi dengan rudal mahal yang ditujukan untuk melumpuhkan sistem mahal lainnya.

Oleh karena itu, pasukan Rusia yang bergerak di medan perang membutuhkan senjata efektif yang murah untuk melenyapkan ancaman selusin drone kecil, yang dalam dekade mendatang akan berubah menjadi detasemen yang terkoordinasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya