Amerika Tempat Lahirnya Teori Konspirasi COVID-19

Teori Konspirasi Virus Corona COVID-19.
Sumber :
  • The Union Journal

VIVA – Dari Den Haag, Belanda hingga Stuttgart di Jerman dan Paris, Prancis. Sebagian orang mengklaim bahwa mereka tengah berjuang melawan kendali pikiran atas pandemi COVID-19. Mereka menyebarkan pandangan alternatif mengenai versi baru dari Virus Corona itu.

Rencana AS untuk Melarang TikTok Memicu Perpecahan Nasional

"Ini bukan virus. Ini alat untuk menggunakan kekuasaan," kata Monique Lustig di Belanda, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Selasa, 18 Mei 2021. "Bagaimana jika ini semua hanya sebuah film?" tanya Christophe Charret dari Prancis.

Baca: Samsung Galaxy S20 FE vs Poco F3, Duel Pembunuh Sejati

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Sementara di Jerman, Hellmuth Mendel berpendapat bahwa COVID-19 adalah cerita yang diciptakan oleh mafia keuangan internasional. Teori konspirasi yang didorong krisis kesehatan global semakin mengakar di Eropa, menarik inspirasi dari gerakan QAnon di Amerika Serikat (AS).

Akun media sosial yang mendukung teori tersebut telah dihapus dari Twitter dan YouTube. Teori konspirasi muncul di Eropa akibat 'ketularan' Amerika. Mulai dari pendukung gerakan QAnon, ultra-evangelis dan anti-vaxxer, hingga populis sayap kanan, pengangguran, dan bahkan dokter.

Legenda Sepakbola Brasil Romario Umumkan Comeback di Usia 58 Tahun

Sekitar 30 ribu pengguna Telegram mengikuti kanal DeQodeurs di Prancis, dan lebih dari 100 ribu orang menjadi pengikut tokoh teori konspirasi Jerman Attila Hildmann dan Xavier Naidoo, sementara hampir 150 ribu orang mengikuti Charlie Ward dari Inggris.

Dalam beberapa tahun terakhir, Podcast Lange Frans, penyanyi asal Amsterdam, Belanda menjadi sangat populer di negaranya. Subjek obrolan berkisar seputar isu COVID-19, hilangnya maskapai penerbangan Malaysia MH370 hingga UFO – topik apa pun untuk memperkaya teori konspirasi.

Ia juga membidik Bill Gates, salah satu pendiri Microsoft yang telah berjuang selama beberapa dekade terakhir untuk meningkatkan akses ke vaksin COVID-19 dan merupakan orang yang paling disukai oleh para ahli teori konspirasi.

Photo :
  • Instagram/@thruthtshirts

"Misalnya Bill Gates. Orang harus mencari tahu tentangnya. Dia tidak memiliki gelar medis atau keahlian dalam vaksin," kata Frans. Baginya, pandemi COVID-19 adalah "sinetron" dan "flu supermarket" yang diberitakan media sepanjang hari.

Di Denmark, anggota kelompok Men in Black bersikeras bahwa virus corona hanyalah "scam", sedangkan di Berlin, demonstrasi menentang pembatasan berhasil mengumpulkan hingga 10 ribu orang dan banyak diantaranya mengibarkan bendera QAnon.

"QAnon adalah titik pertemuan kelompok sayap kanan ekstrem, orang-orang yang percaya pada UFO, mereka berpikir bahwa 5G (teknologi nirkabel) akan digunakan untuk mengendalikan orang," kata Tom de Smedt, seorang peneliti Belgia yang mengamati pertumbuhan gerakan QAnon di Eropa.

Gerakan QAnon yang lahir di Amerika Serikat (AS) itu menjadi terkenal secara global setelah penyerbuan Capitol Hill di Washington DC pada Januari lalu, tepatnya di hari-hari terakhir pemerintahan Donald Trump.

Kekhawatiran intelijen Eropa

Namanya diambil dari pesan samar yang diposting oleh seseorang yang menyebut dirinya "Q", yang diyakini sebagai pejabat senior AS yang dekat dengan Trump. Gerakan QAnon sangat aktif di AS sejak 2017 dan secara khusus membela gagasan bahwa segelintir elit mengatur tatanan dunia.

Klaim palsu mereka terkadang menentang realita bahkan imajinasi, seperti pernyataan terkait 1.000 anak dibebaskan dari kapal Ever Given yang memblokir Terusan Suez, sebagai bagian dari lingkaran perdagangan internasional yang digerakkan oleh Hillary Clinton.

Pejabat intelijen Eropa secara terbuka khawatir teori konspirasi dapat menyebabkan destabilisasi demokrasi. "Kami khawatir orang-orang ini dapat melakukan tindakan kekerasan," kata pejabat senior intelijen Prancis, yang enggan diungkap identitasnya.

Menurutnya, teori konspirasi telah berkembang pesat yang menyebar melalui jejaring sosial. Kami melihat sekarang bahwa orang mengatur diri mereka sendiri dalam sel klandestin.

"Jelas itu adalah ancaman. Gerakan-gerakan ini kurang lebih telah muncul selama 10-15 tahun terakhir. Mereka mengembangkan rasa konspirasi anti-sistem," jelasnya, yang juga mengakui bahwa teori QAnon telah merebak di negaranya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya