Amerika dan Uni Eropa Bikin Aliansi Teknologi, Kalah Sama China?

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).
Sumber :
  • Data Driven Investor

VIVA – Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) ingin mempererat hubungan menyusul kekhawatiran ekspansi China menjadi negara adidaya teknologi. Tapi bukan tanpa hambatan. Kongsi bernama Dewan Perdagangan dan Teknologi AS-UE (TTC) di bawah bayang-bayang perpecahan.

Motor Delapan Silinder Asal China Siap Meluncur

Saat pandemi COVID-19 melanda kencang, krisis chip komputer juga ikut memburuk. Banyak perusahaan manufaktur memperingatkan tentang kelangkaan semikonduktor, komponen utama yang dibutuhkan dalam membuat ponsel pintar (smartphone) dan mobil, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Kamis, 30 September 2021.

Peringatan sektor industri ini bukan tanpa alasan. Terbukti beberapa bulan setelah pandemi, banyak pabrik yang terpaksa menutup lokasi perakitannya. Perusahaan teknologi juga menunda peluncuran produknya, bahkan pengiriman komputer terlambat sampai berbulan-bulan.

Indonesia Sesalkan Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB Karena Veto AS

Khawatir akan dampaknya, para politisi dari Amerika Serikat (AS) hingga Jerman, akhirnya meminta negara-negara produsen chip untuk membantu memprioritaskan pesanan dari negara mereka. Tapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Chip-chip komputer yang hanya diproduksi oleh segelintir perusahaan itu sangat sulit diproduksi.

Dan, kalau pun berhasil jumlahnya tidak cukup untuk semua pihak. Satu setengah tahun berlalu. Kelangkaan chip semikonduktor masih tetap mengintai, menghambat berbagai macam proses produksi seperti misalnya mobil baru. Tapi solusi untuk mengatasi krisis perlahan muncul ke permukaan.

PT BMI Ajukan PK Kasus Sengketa Lahan ke MA, Minta Eksekusi Ditunda

Bagaimana cara agar lebih banyak chip diproduksi di Amerika dan Uni Eropa disebut-sebut menjadi agenda utama pertemuan? "Kami berkomitmen untuk membangun kemitraan AS-UE guna merancang dan memproduksi semikonduktor paling kuat dan hemat sumber daya," menurut pernyataan resmi dari Gedung Putih.

Diskusi lainnya di TTC juga akan membahas prinsip-prinsip teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yaitu tentang bagaimana meningkatkan keamanan siber di dunia digital yang semakin tidak stabil, dan bagaimana mendorong teknologi bersama di panggung internasional.

Menurut percakapan para pejabat AS dan UE – yang berbicara secara anonim – yang terlibat dalam mempersiapkan pertemuan TTC itu, krisis chip menjadi momen penting yang membuka mata para pembuat kebijakan di Amerika dan Uni Eropa, bahwa sangat penting memiliki akses ke teknologi untuk mempertahankan dominasi geopolitik.

Tapi, untuk mendapatkan sebuah titik temu selama pertemuan dua hari itu diyakini tidak akan mudah. Selama bertahun-tahun, AS dan UE telah berselisih tentang bagaimana cara mengatur teknologi-teknologi baru.

Menurut Direktur Kebijakan Siber dari Universitas Stanford, Marietje Schaake, baik AS dan UE akan terbantu jika jalan tengah dapat ditemukan. "Jika mereka bekerja sama dengan lebih baik, maka akan jadi kombinasi yang cukup kuat. Tapi itu butuh kesepakatan politik, dan sejauh ini belum ada banyak pertemuan yang membahasnya," tuturnya.

Salah satu bidang di mana kedua belah pihak (AS dan UE) berharap dapat mencapai kesepakatan adalah di bidang produksi semikonduktor. Pembuatan chip kecil berteknologi tinggi ini terkenal sangat rumit, karena mencakup ratusan prosedur, waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan, serta pembuatannya butuh pabrik bernilai miliaran dolar AS.

China, di sisi lain, telah mendeklarasikan bahwa mereka dapat segera menjalankan seluruh produksi semikonduktor di dalam negeri, sesuatu yang saat ini tidak mampu dilakukan oleh negara mana pun. "Ini salah satu alasan mengapa pejabat AS dan Uni Eropa begitu berhati-hati mengawasi bagaimana perusahaan milik China memborong perusahaan pembuat chip di seluruh dunia," jelas Schaake.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya