Meneliti Antibiotik Baru di Jerman, tapi Bahan Utamanya dari Indonesia

Zerlina Gabriela Wuisan.
Sumber :
  • Deutsche Welle

VIVA – Zerlina Gabriela Wuisan lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, tapi merasa sebagai orang Surabaya, Jawa Timur. Itu karena ia lama tinggal di sana. Zerlina juga menyelesaikan kuliah S1 Jurusan Teknobiologi di Universitas Surabaya. Untuk meraih gelar S2, ia berkuliah di Universitas Bonn, Jerman.

Ini Demam Khas Mycoplasma Pneumoniae pada Anak yang Perlu Diperhatikan Orangtua

Jurusan yang diambil pun 'Molecular Biology and Biotechnology'. Sekarang, perempuan cantik berkacamata itu sedang melanjutkan studi Doktor atau S3 di Universitas Giessen. Topik penelitian yang diambil adalah 'Natural Products', yaitu senyawa-senyawa yang dihasilkan bakteri secara alamiah.

Target penelitiannya adalah mencari antibiotik baru!

Kasus Pneumonia Mycoplasma Ada di DKI Jakarta, Seperti Apa Kondisi Pasien?

Ketika menyelesaikan S2 di Universitas Bonn, kebetulan profesor pembimbing Zerlina memulai proyek kerja sama dengan Indonesia, tepatnya dengan Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara. Selain itu, jika meneruskan S3 di bawah bimbingan profesor itu, ia bisa mendapatkan beasiswa dari DAAD atau Dinas Pertukaran Akademis Jerman.

Akhirnya, Zerlina memutuskan melanjutkan ke bidang itu.

Jangan Sembarangan Konsumsi Antibiotik, Ahli: Hanya untuk Kondisi Mengancam Nyawa

“Aku excited juga sih karena ada kerja sama dengan Indonesia. Jadinya aku mulai bertanya-tanya, apakah yang ada di Indonesia bisa ditelusuri mengenai bidang ini. Sumber alam Indonesia kan banyak yang belum dipelajari," tutur dia, seperti dikutip VIVA Tekno dari DW, Selasa, 26 Oktober 2021.

Zerlina juga bercerita kalau dirinya memilih bidang itu karena tertarik mengetahui ilmunya. “Apa sih ini? Barang baru, kecil, seperti DNA, enggak keliatan apa yang dikerjain,” jelas dia.

Bakteri dari siput yang sedang diteliti Zerlina Gabriela Wuisan.

Photo :
  • Deutsche Welle

Setelah selesai S1, Zerlina belum melihat kesempatan untuk bekerja di Indonesia. Oleh sebab itu, ia memutuskan melanjutkan kuliah ke Jerman. “Mungkin di Jerman, cabang bioteknologinya lebih maju. Kebetulan dekan fakultasku dulu juga lulusan Jerman," tegasnya.

Ketika ditanya apa sekarang sudah tahu nanti akan bekerja dalam profesi apa, Zerlina Gabriela Wuisan hanya berucap kalau dirinya 'happy' dengan riset yang sekarang lagi dikerjakan.

"Meskipun ternyata lumayan susah, tapi yang jelas, riset 'Natural Product' masih menarik untuk saya telusuri lebih lanjut," kata Zerlina sembari melempar senyum. Ia pun akhirnya menemui tantangan di Jerman, yang tentunya berkaitan sama riset doktoralnya.

Untuk risetnya, ia mengambil sampel dari siput laut di Indonesia. Kemudian, mempelajari bakteri yang tinggal di siput laut tersebut, yang memungkinkan siput mempertahankan diri dari predator-predator. Senyawa yang dikandung siput rupanya membuat predator tidak mendekat.

Zerlina meneliti apakah senyawa itu bisa digunakan bagi manusia untuk melawan penyakit. Mungkin anti kanker atau anti virus. Itulah tujuan penelitiannya. Yang ia lakukan selanjutnya adalah mengambil bakteri dari siput laut. Kemudian dianalisa, gen-gen apa yang dikandung bakteri, yang bisa digunakan untuk membuat antibiotik.

Sementara gen-gen apa saja yang bisa digunakan untuk membuat antibiotik sudah ada informasinya dari berbagai studi. Setelah menemukan gen-gen untuk antibiotik mana saja yang dikandung bakteri, gen-gen itu ia tempatkan ke bakteri lain.

Proses memindahkan DNA ke bakteri lain sudah makan banyak waktu. Celakanya lagi, si bakteri yang mendapat DNA ternyata tidak memproduksi senyawa yang diinginkan. Jika itu terjadi, sebagai peneliti, itulah tugasnya untuk mencari tahu, apakah yang menjadi penyebabnya.

"Bakteri yang bisa kita atur. Kalau bakteri dari hewan liar susah diatur. Sedangkan, bakteri dari laboratorium sudah kita ‘domesticated’.” Bakteri inilah yang diharapkan akan memproduksi senyawa yang bisa melindungi siput," tutur Zerlina Gabriela Wuisan.

Praktisi Pengobatan sunnah Indonesia, dr Zaidul Akbar

Zaidul Akbar Ungkap Makan Bawang Ternyata Tak Boleh Dikunyah, Kenapa?

Melalui akun Instagram resminya, dokter Zaidul Akbar menyebut bahwa segala jenis bawang-bawangan termasuk bawang putih memilih efek antibiotik dan anti kanker.

img_title
VIVA.co.id
5 Januari 2024