6 Fakta Nokia, Dulu Berjaya Kini Merana

Nokia Communicator, The Legend.
Sumber :
  • Endgadget

VIVA – Nokia akhirnya jatuh akibat ketidakmampuannya melawan iPhone dan Android. Padahal, mantan ponsel sejuta umat ini pernah menjadi merek tak tertandingi selama belasan tahun.

Daftar Harga iPhone per 9 April 2024, Ada Diskon 40 Persen

Nokia juga pernah menjadi produsen ponsel terbesar pada 1998. Bahkan, mereka sukses menggulingkan Motorola yang sebelumnya menduduki kursi puncak.

Berbagai alasan menjadi penyebab kehancuran raksasa teknologi asal Finlandia itu. Berikut 6 fakta keruntuhan kerajaan Nokia, seperti dikutip dari situs Startup Talky, Jumat, 10 Juni 2022:

iPhone Apa Saja yang Dapat dan Tidak Bisa Update iOS 18

1. Perlawanan terhadap evolusi smartphone

Nokia gagal memanfaatkan Android. Ketika produsen ponsel sibuk memperbaiki dan mengerjakan smartphone mereka, Nokia tetap keras kepala. Pada saat yang sama Samsung meluncurkan rangkaian ponsel berbasis Android yang hemat biaya dan ramah pengguna.

Game Ini 'Ajarkan' Pemilik Kafe Sejumlah Trik

Manajemen Nokia berpendapat bahwa orang tidak akan menerima ponsel layar sentuh dan akan melanjutkan tata letak keypad QWERTY. Kesalahpahaman ini adalah awal dari kejatuhannya.

Nokia tidak pernah menganggap Android sebagai kemajuan dan tidak mau mengadopsi sistem operasi atau OS Android. Setelah menyadari tren pasar, Nokia memperkenalkan OS Symbian.

Namun, itu sudah terlambat karena Apple dan Samsung telah memperkuat posisi. Sulit bagi Symbian untuk membuat terobosan. Ini kesalahan terbesar Nokia.

2. Kesepakatan dengan Microsoft

Alasan lain kegagalan Nokia adalah kesepakatan yang tidak tepat waktu dengan Microsoft. Perusahaan menjual dirinya ke Microsoft pada saat raksasa perangkat lunak itu penuh dengan kerugian.

Penjualan Nokia terus merosot yang menunjukkan tidakmampuan mereka untuk bertahan hidup sendiri. Pada saat yang sama, Apple dan Samsung membuat langkah signifikan dalam inovasi dan perkembangan teknologi.

Sudah terlambat bagi Nokia untuk beradaptasi dengan perubahan yang dinamis dan ketat di pasar. Akuisisi Microsoft atas Nokia dianggap sebagai salah satu kesalahan terbesar dan tidak membuahkan hasil bagi kedua belah pihak.

3. Pemasaran gagal total

Strategi pemasaran yang buruk menyebabkan Nokia bangkrut. Sedangkan Apple jadi perusahaan pertama yang menerapkan model branding payung dengan menempatkan iPhone di atas rangkanya. Perusahaan terus menambahkan model baru dari tahun ke tahun.

Samsung mengikuti rute yang sama dengan meluncurkan seri Samsung Galaxy. Kepercayaan pengguna yang dibangun Nokia selama bertahun-tahun telah berkurang. Perusahaan menjadi tidak efisien dalam metode penjualan dan distribusinya.

Melihat kekacauan tersebut, Nokia memutuskan untuk membuat beberapa inovasi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun langkah ini sudah dirilis terlebih dahulu oleh pesaing.

Kegagalan dalam strategi pemasaran dan distribusi Nokia memainkan peran penting dalam penghapusannya dari industri seluler.

4. Bergerak sangat lambat

Nokia tidak pernah mengikuti perubahan teknologi dan tren. Perusahaan terkenal dengan perangkat kerasnya dan tidak terlalu memperhatikan jajaran perangkat lunak.

Alih-alih menjadi salah satu penggagas awal, Nokia bertransisi ketika hampir setiap merek besar sudah mulai memproduksi ponsel yang luar biasa.

5. Melebih-lebihkan kekuatan

Nokia melebih-lebihkan nilai mereknya. Mereka bahkan percaya setelah peluncuran smartphone yang terlambat, orang masih akan berbondong-bondong ke toko dan membeli ponsel buatannya. Ada-ada saja.

6. Kurang inovasi dalam produk

Kurangnya inovasi dalam produk-produknya menambah kesengsaraan Nokia. Sementara merek seperti Samsung dan Apple hadir dengan ponsel canggih setiap tahunnya. Sedangkan Nokia hanya meluncurkan ponsel Windows dengan fitur dasar.

Seri Nokia Lumia adalah langkah awal, tapi gagal karena kurangnya inovasi. Fiturnya tidak menarik dan membosankan. Di era 4G, Nokia bahkan belum memiliki ponsel berkemampuan 3G. Perusahaan juga merilis seri Asha, namun ternyata itu tidak bisa menyelamatkan mereka.

Keputusan yang salah dan menghindari risiko membawa penurunan perusahaan karena Nokia menahan diri untuk tidak mengadopsi teknologi terbaru. Kegagalan Nokia menjadi studi kasus yang membuat organisasi menyadari pentingnya evolusi dan peningkatan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya