- Jeff Templin
VIVA.co.id – Pernahkah Anda melihat jejak pesawat di angkasa yang terlihat warna putih? Sebagian orang menganggap jejak putih yang mengikuti gerak pesawat merupakan asap sisa pembakaran bahan bakar pesawat terbang.
Namun sejatinya jejak putih tersebut bukanlah asap sisa pembakaran bahan bakar pesawat.
Kepala Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin menjelaskan, fenomena jejak putih tersebut dikenal dengan nama jejak kondensasi pesawat terbang atau condensation trail (contrail).
Thomas mengatakan, jejak putih terbentuk lantaran suhu udara dingin di sekitar pesawat terbang. Suhu yang dingin ini mengubah wujud gas buang yang dikeluarkan dari pesawat.
"Uap air dan gas buang dari pesawat berkondensasi (memadat dan mengkristal) karena udara yang sangat dingin," jelas Thomas kepada VIVA.co.id, Kamis malam 15 Desember 2016.
Dia menjelaskan, jejak putih itu muncul bukan karena adanya penguapan butiran es di sekitar pesawat seperti yang diyakini sebagian orang. Jejak putih terjadi karena adanya proses kondensasi akibat suhu yang dingin.
"Kondensasi berarti uap menjadi butiran awan mungkin pula berupa kristal es," ujar peraih doktor astronomi Kyoto University, Jepang tersebut.
Jejak kondensasi, kata Thomas, umumnya terjadi pada ketinggian tertentu karena udara yang dingin. Dia menyebutkan, contrail umumnya terjadi pada ketinggian 7 sampai 12 kilometer dan itu tergantung pada suhu pada ketinggian tersebut, apakah sangat dingin atau tidak.
Lantas untuk pesawat yang terbang di bawah ketinggian tersebut, Thomas menegaskan, tak akan terjadi kondensasi. Dengan demikian, kasus jejak putih pada pesawat terbang rendah yang kadang terlihat, itu merupakan buangan yang keluar dari pesawat.
"Untuk pesawat yang terbang rendah pada udara yang masih relatif hangat tidak akan terjadi kondensasi. Untuk pesawat akrobatik, asap warna sengaja dibuat," jelasnya.
(ren)