Moms, Ini Langkah Tepat Cegah Klaster COVID-19 Sekolah

Ilustrasi anak pakai masker.
Sumber :
  • Freepik/our-team

VIVA – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) telah dimulai secara terbatas di tengah pandemi COVID-19. Tak sedikit kabar yang menyebutkan adanya penularan sehingga menimbulkan klaster COVID-19 di sekolah akibat minimnya edukasi terkait pencegahan pada anak.

Anak-anak lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dewasa untuk memiliki gejala dan penyakit parah akibat COVID-19. Studi awal juga menunjukkan bahwa mereka yang berusia di bawah 10 tahun mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dan menyebarkan infeksi. Namun, dengan beredarnya varian virus baru, sekolah tetap perlu mewaspadainya.

CEO Lifepack & Jovee Natali Ardianto mengungkapkan, pihaknya selalu memantau perkembangan kasus COVID-19. Dimulai sejak sekolah tatap muka pada 30 Agustus 2021 kemarin hingga adanya klaster baru sekolah tatap muka.

"Dengan diberlakukannya sekolah tatap muka, orang tua harus tetap waspada dan memberikan perlindungan dari sisi kesehatan bagi anak. Melihat hal tersebut, kami turut ambil bagian memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan," ujarnya dikutip dari keterangan pers Lifepack & Jovee.

Jika siswa atau anggota staf memiliki kontak dekat dengan seseorang yang diketahui terinfeksi SARS-CoV-2, mereka harus dikarantina setidaknya 10 hari dari paparan terakhir. Untuk itu, Natali menyebut pihaknya dari sisi kuratif menghadirkan paket isolasi mandiri (isoman) untuk anak-anak.

"Sedangkan untuk tindakan preventif, kami juga menyediakan kebutuhan suplemen dan vitamin untuk anak. Mengingat masih terdapat angka penyebaran kasus covid pada anak, sekolah tatap muka perlu dipantau secara khusus agar tidak menyebabkan klaster baru COVID-19 di sekolah-sekolah lainnya," imbuhnya.

Mengacu data dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) menunjukkan, tingkat positivity rate COVID-19 pada anak usia 0-5 tahun mencapai 2,9 persen dengan case fatality rate sebesar 0,5 persen.

Sedangkan untuk usia remaja 6-18 tahun, positivity rate berada di 10,1 persen dan case fatality rate menyentuh 0,5 persen.

Melihat data tersebut, tingkat penyebaran virus covid-19 masih cukup tinggi untuk anak-anak dan dibutuhkan perhatian berbagai pihak agar sekolah tatap muka dapat tetap aman dilaksanakan.

“Senada, data terbaru kami menunjukan tingkat penebusan resep obat dan vitamin untuk anak usia 0-10 tahun cukup tinggi. Maka dari itu, dengan adanya peningkatan tersebut kami bergerak cepat melakukan inisiasi membuat paket isoman khusus untuk anak-anak agar memberikan kemudahan bagi orang tua yang sedang melakukan perawatan untuk anak di rumah," ungkap Natali.

Untuk mencegah penularan, dianjurkan memastikan melakukan beberapa langkah penting selain mengonsumsi vitamin. Apa saja? Berikut anjurannya dikutip dari laman Healthy Children, Rabu, 13 Oktober 2021.

Vaksinasi dan masker

Ilustrasi imunisasi anak

Photo :
  • GlaxoSmithKline

Pertama dan paling utama adalah vaksinasi COVID-19. Semua orang dewasa dan anak-anak di atas usia 12 tahun yang saat ini memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19 harus mendapatkan imunisasi lengkap pada awal tahun ajaran.

Kemudian, penting bagi warga sekolah agar mengenakan masker wajah yang menutupi hidung dan mulut. Ini adalah alat sederhana yang terbukti untuk melindungi siswa yang belum mendapatkan vaksin.

Jaga jarak

Ilustrasi anak pakai masker.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Pihak sekolah pun harus memfasilitasi siswa agar mampu menjalankan peraturan penting selain memakai masker. Seperti, memantau agar siswa memiliki jarak minimal 1 meter di ruang kelas. Jika memungkinkan, sekolah harus menggunakan ruang luar. Sebaiknya menunda kegiatan seperti menyanyi, band dan berolahraga.

Rutinitas di kelas

Ilustrasi orangtua antar anak ke sekolah.

Photo :
  • Freepik/zalkina

Untuk para siswa juga dianjurkan melakukan rutinitas sebelum masuk kelas. Ini untuk membantu membatasi interaksi siswa di luar kelas.

1. Mengizinkan siswa makan siang di meja mereka atau dalam kelompok kecil di luar ruangan alih-alih di ruang makan siang yang ramai. Karena kebutuhan untuk melepas masker wajah saat makan, yang terbaik adalah menjaga jarak enam kaki siswa yang tidak divaksinasi saat makan siang.

Nyesek, Anak Mulai Rasakan Kehampaan Usai Stevie Agnecya Meninggal: Dulu Salatnya 4 Orang

2. Membiarkan pintu kelas terbuka untuk membantu mengurangi permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu.

3. Bila cuaca dan kualitas udara memungkinkan, buka jendela dan pintu untuk meningkatkan sirkulasi udara. Kipas angin yang ditempatkan secara strategis, meningkatkan sirkulasi atau mengurangi udara yang tergenang, dapat digunakan untuk meningkatkan sirkulasi udara luar ruangan.

Kata Ustaz Khalid Basalamah, Ini Hukum Memberikan Hadiah untuk Anak Agar Mau Puasa

4. Pembersihan, desinfektan & kebersihan. Sekolah harus mengikuti pedoman CDC tentang disinfektan dan sanitasi ruang kelas dan area umum yang tepat. Siswa dan staf harus didorong untuk mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan secara teratur.

5. Ventilasi. Sekolah harus meningkatkan aliran udara sebanyak mungkin dengan membuka jendela dan pintu. Kipas anti-anak dapat membantu meningkatkan ventilasi dan mengeluarkan udara yang berpotensi terkontaminasi.

Rupanya Hal Ini yang Pengaruhi Masalah Fertilitas di Indonesia
Kemenkominfo gelar nobar webinar

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan Nobar Webinar Literasi Digital.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024