USK Beri Edukasi Petani Aceh Cara Menanam Nilam

Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh
Sumber :
  • Dok. Universitas Syiah Kuala

VIVA – Atsiri Research Center (ARC) bersama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menyemangati para petani Lamteuba, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar menanam komoditas nilam dengan membuat tanaman percontohan.

"Dulu di sana banyak yang menanam ganja, ini salah satu upaya kita mengalihkan perhatian masyarakat bahwa ada komoditi nilam, apalagi ganja satu karakter dengan nilam ini," kata Ketua Divisi Riset dan Pengembangan ARC USK Prof Rina Sriwati di Banda Aceh, Senin (21/3).

Sebagai langkah awal, pihaknya melalui program Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USK telah membuat percontonan tanaman nilam seluas 250 meter persegi di wilayah tersebut, untuk diperlihatkan pada petani setempat.

Pada percontohan tersebut, katanya, mereka menanam nilam dengan membuat perbandingan antara hasil penggunaan teknologi dan tidak menggunakannya.

"Kita juga memberikan materi penyuluhan kepada petani tentang teknik pemanenan dan penanganan pascapanen nilam yang baik dan benar," ujarnya.

Pihaknya bersama mahasiswa Fakultas Pertanian dan Pascasarjana Program Doktoral USK juga melakukan riset di area kebun tersebut guna melihat respons tanaman nilam terhadap aplikasi jamur antagonis, yaitu dalam bentuk pellet trichoderma, zat perangsang tumbuh, bakteri endofit Bt, serta kontrol.

Rina menyebutkan hasil tanam nilam yang menggunakan input teknologi lebih baik ketimbang tidak memakainya, di mana bisa mendapatkan berat terna (berat basah tanaman) hingga 4,5 kilogram.

Untuk penanaman yang tidak memakai teknologi hanya menghasilkan dua kilogram per tanamannya. Meski demikian, hal itu masih sesuai dengan rata-rata maksimal nasional yang juga dua kilogram.

"Kalau kita lihat secara kasat mata memang nampak perbedaan yang diberikan teknologi dan yang tidak diberikan teknologi," kata Kepala Prodi Program Doktor Ilmu Pertanian (DIP) Pascasarjana USK itu.

Ia menuturkan sejauh ini petani setempat masih mengeluh karena tidak tersedia ketel penyulingan, sehingga memengaruhi minat petani membudidayakan nilam.

Selain itu, petani nilam Lamteuba juga masih kekurangan modal untuk berusaha tani sehingga dibutuhkan investor yang mau membantu pengembangan nilam di daerah itu.

"Harapan petani ada dua, satu ada ketel di sana, karena sekarang masih pakai drum dan adanya investor yang mau menanam modal," ujarnya.

Rina menjelaskan percontohan penanaman nilam dilakukan karena wilayah Seulimeum  dahulu pernah jaya dengan budi daya tanaman tersebut. Namun, selama ini petani tidak mau menanam lagi karena terkait dengan masalah jaminan harga.

"Tanahnya juga sangat cocok dan sesuai, karenanya kita membangkitkan semangat petani menanam nilam, membangkitkan kejayaan nilam dan bergeser dari ganja," katanya.

Pihaknya juga menyampaikan kepada petani bahwa ARC USK memiliki koperasi yang bisa menampung semua minyak nilam dihasilkan petani guna membuat parfum serta produk turunan lainnya.

"Petani juga bisa memanfaatkan fasilitas ketel dan peralatan yang ada di ARC USK untuk membantu proses penyulingan," demikian Prof Rina. (antara)

Polemik Hulu Migas di Area Persawahan Perlu Diselesaikan, Petani Harus Dapat Ganti Untung
Ilustrasi sawah.

Ratusan Hektare Sawah di Bombana Sultra Gagal Panen akibat Banjir, Pemkab Minta Bantuan Pusat

Seluas 162 hektare lahan pertanian padi sawah di beberapa wilayah Bombana gagal panen akibat tingginya curah hujan tinggi melanda daerah itu selama dua pekan terakhir.

img_title
VIVA.co.id
6 Mei 2024