Terkait Akses, Ini Kebutuhan Mahasiswa Disabilitas di Perguruan Tinggi

Ilustrasi seorang penyandang disabilitas. (foto/unsplash.com)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Data statistik di tahun 2018 lalu menyebut bahwa angka disabilitas anak usia 5 hingga 19 tahun mencapai 3,3 persen. Sementara itu, jumlah penduduk pada usia tersebut pada 2021 lalu mencapai 66,6 juta jiwa, dengan demikian jumlah anak pada usia 5 hingga 19 tahun penyandang disabilitas berkisar 2.197.833 jiwa.

Buka Bersama Perhimpunan Tionghoa, Istri Gus Dur Ingatkan Kemajemukan Indonesia

Sementara itu, data dari Kementerian Pendidikan Perguruan Tinggi hingga April 2022 lalu tercatat ada 1.588 mahasiswa berkebutuhan khusus di 148 perguruan tinggi.

Namun beberapa mahasiswa penyandang disabilitas yang ada di perguruan tinggi ternyata membutuhkan beberapa layanan akses terpadu selama kegiatan perkuliahan mereka.

Berprestasi di Ajang Internasional, Atlet NPC Sumut Diguyur Bonus Rp3,1 Miliar

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dosen FKIP UNS, Prof Dr. Munawir Yusuf, M.Psi, dilakukan pada mahasiswanya, ternyata mahasiswa disabilitas membutuhkan sejumlah akses untuk menunjang kegiatan akademik.

Ada pun sejumlah akses tersebut antara lain adalah layanan penerimaan mahasiswa baru, layanan administrasi akademik, layanan orientasi kampus, layanan perkuliahan, layanan praktikkum, layanan pengembangan bakat dan minat kemahasiswaan (UKM).

Al-Qur'an for All: Hadirkan Iqro'na untuk Penyandang Disabilitas

Ilustrasi penyandang disabilitas/kaum difabel.

Photo :
  • Freepik

Selain itu, diperlukan pula akses layanan KKN/Magang/MBKM, layanan penyelesaian tugas akhir, layanan penunjang seperti perpustakaan, klinik kesehatan, bimbingan karier, beasiswa, hingga layanan aksesibilitas.

"Mereka membutuhkan informasi yang mudah diakses dan harus diupdate. Mereka membutuhkan informasi agar mereka tahu perkembangan," kata dia dalam virtual conference panel diskusi Pemenuhan Hak Pendidikan secara Inklusi, Rabu 29 Juni 2022.

Lebih lanjut, diungkap oleh Munawir bahwa mahasiswa juga membutuhkan website yang memuat materi kuliah, jurnal, buku referensi dan petunjuk tugas-tugas.

"Perpustakaan menyediakan akses khusus disabilitas, simbol braille di setiap ruang kantor dan kuliah, kode SIAKAD tidak terbaca oleh JAWS, petugas administrasi juga harus paham dan ramah disabilitas," kata dia menambahkan.

Sementara itu, diungkap dia dari studi 2.811 responden menunjukkan beberapa sekolah memiliki pendidikan inklusi yang baik, dan beberapa sekolah juga memberikan pelayanan yang bagus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya