UI-PT NGE Jalin Kerja Sama Riset Industri Kesehatan dan Farmasi

UI-PT NGE Jalin Kerja Sama Riset Industri Kesehatan dan Farmasi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Edukasi - Universitas Indonesia (UI) melalui Unit Kerja Khusus Lembaga Sains Terapan (UKK LST) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan PT Nusantara Green Energy (PT NGE) menjalin kerja sama pengembangan industri kesehatan dan farmasi. 

3 Cara Menjual Uang Koin Rp1.000 Melati Biar Untung, Bisa Capai Rp100 Juta?

UI dan PT NGE sepakat menandatangani perjanjian kerja sama penelitian “Peningkatan nilai tambah Steamless Palm Oil (SPO) sebagai Minyak Bergizi Tinggi Mengandung Zat Fitonutrien Alami untuk Kesehatan Tubuh dan Pencegahan Stunting dan Kekurangan Gizi (Malnutrisi)” di Gedung Multidisiplin FMIPA UI Depok, Selasa, (27/ 9)

“Kerja sama ini sangat penting karena di sini lengkap dengan Fakultas yg ada. Kita membuat sejarah sekarang pada 27 september (2022),” ujar Direktur Utama PT NGE Ir. Sahat M. Sinaga, M.T dalam keterangannya yang diterima VIVA, Selasa 27/9).

Peringkat UI Terbaik di Indonesia Berdasarkan Pemeringkatan Scimago

UI-PT NGE Jalin Kerja Sama Riset Industri Kesehatan dan Farmasi

Photo :
  • Istimewa

Sahat M. Sinaga  juga meyakini bahwa vitamin A bisa dihasilkan dengan sistem SPO. “Vitamin A adalah murni karena naturalisasi,” ungkapnya.

13 Orang Satgas PPKS UI Kompak Mengundurkan Diri

Sedangkan Komisaris Utama PT NGE, Prof. Bambang Brodjonegoro menjelaskan SPO akan memudahkan petani sawit mengolah tandan buah segar sawit.

“Mesin lebih kecil dan lebih flesksibel. Lokasi jauh lebih dekat dengan kebun milik rakyat sehingga biaya trasnportasi bisa menurun dengan signifikan,” kata Bambang Brodjonegoro.

Bambang mengusulkan yang paling ideal adalah dengan membentuk koperasi di dekat para petani sawit. Membentuk koperasi. Yang paling ideal beberapa kebon yang berdekatan kopersi yang membeli mesin lalu mengoperasikan. Apakah CPO atau Virgin Plam Oil,” ungkapnya.

Penandatanganan kerja sama  tersebut dilakukan oleh Kepala UKK LST FMIPA UI, Prof. Dr. Jatna Supriatna, dan Direktur Utama PT NGE Ir. Sahat M. Sinaga, M.T  Di hadiri juga oleh Komisaris Utama PT NGE, Prof. Bambang Brodjonegoro dan Wakil Rektor UI Prof. Abdul Haris.

Kampus Universitas Indonesia

Photo :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

“UI sangat mendukung dengan karya - karya inovasi yang dilakukan para peneliti UI dan UI juga selalu kerja sama dengan semua kalangan salah satunya dengan industri. Itu kenapa pada hari ini kita melakukan kerja sama penandatanganan kerja sama antara riset pengembangan SPO tadi dengan PT NGE,” ucap Wakil Rektor UI Prof. Abdul Haris.

Indonesia merupakan produsen minyak sawit nomor satu di dunia sejak 2006. Tahun 2020 luas perkebunan sawit mencapai 16,38 juta Ha. Secara alami Minyak sawit mentah yang berasal dari Indonesia mengandung fitonutrien antara lain karotenoid (sebagai provitamin A); tocopherol dan tocotrienol (Vitamin E); fitosterol (penurun kolesterol); dan lainnya.

Sayangnya dengan teknologi yang sekarang dipakai, fitonutrien tersebut hilang atau rusak, mulai dari pengolahan buah sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil), lalu lebih hilang lagi pada proses refining, bleaching, dan deodorising minyak sawit.

Semetara itu, stunting menjadi salah satu isu kesehatan yang mendapat perhatian khusus pemerintah. Di Indonesia, stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih banyak dijumpai di mana-mana dan perlu diatasi secara serius. Salah satu penyebab stunting adalah kekurangan Vitamin A.

Percepatan penurunan stunting diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021. Untuk mempertahankan kandungan nutrisi alami pada minyak sawit, PT NGE mengembangkan teknologi SPOT (Steamless Palm Oil Technology) dan IRU (Impurities Removable Unit) yang mengolah buah sawit menjadi minyak makan bernutrisi tinggi.

Buruh memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di areal perkebunan sawit

Photo :
  • ANTARA FOTO/Jojon

Teknologi SPOT dan IRU (pengembangan kombinasi teknologi baru pengolahan buah sawit tanpa menggunakan uap-steam) merupakan proses yang lebih superior dalam banyak hal dibandingkan dengan metode proses pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang konvensional.

Minyak sawit yang dihasilkan dari teknologi SPOT dan IRU ini disebut SPO dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan CPO. Selain menghasilkan SPO dengan kandungan fitonutrien alami tetap berada pada minyak sawit, teknologi SPOT dan IRU juga dirancang untuk berkemampuan untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) selama proses pengolahan buah sawit menjadi SPO.

Guna meningkatkan nilai tambah dari SPO yang dihasilkan dari teknologi SPOT dan IRU ini, PT NGE menjalin kerja sama dengan UKK LST FMIPA UI untuk mengembangkan applikasi dari SPO ke berbagai bidang kesehatan dan farmasi yang jauh lebih berguna dibandingkan dengan capaian dari produk CPO dan RBD PO selama ini.

Akan dijalankan penelitian lapangan dalam lima tahap, yaitu Melakukan identifikasi, karakterisasi dan analisis kandungan minyak SPO (Steamless Palm Oil) secara kualitatif dan kuantitatif; Meningkatkan nilai tambah minyak SPO; Aplikasi fraksi cair dari SPO atau SPOOL (Edora = Edible Oil Right Away, langsung dapat dimakan) dan fraksi beratnya SPOStearin (Megavite = Media for Gaining Vital Energy) untuk aplikasi bahan makanan lainnya termasuk untuk bahan kosmetik; Melakukan uji efikasi produk-produk yang dikembangkan untuk meningkatkan Kesehatan & Kosmetika, termasuk uji 3-MCPDE dan GE.

Teknologi SPOT dan IRU ini dirancang berkapasitas produksi 10 ton/jam TBS (Tandan Buah Segar), sehingga mudah ditempatkan dekat dengan kebun sawit para petani sawit (Small-holders).

Ilustrasi perkebunan kelapa sawit di Sumatera.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Agar manajemen perkebunan sawit ini lebih efektif dan efisien, diarahkan mereka untuk berada dalam bentuk Korporasi, dan dengan demikian Korporasi Petani Sawit ini akan memiliki bargaining power yang lebih tinggi dibanding yang selama ini berlaku, dan dengan teknologi baru ini pendapatan petani tidak lagi hanya bergantung pada single-product, yaitu TBS.

Korporasi Petani Sawit ini akan tersebar di lokasi-lokasi perkebunan petani sawit yang terdistribusi di 26 provinsi, dan pasar produk sawitnya juga berada di sekitar lokasi mereka, secara tidak langsung program ini akan mampu menekan biaya distribusi untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan bagi masyarakat luas, dan sejalan dengan Perpres no 109 /thn 2020.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya