Indonesia Leadership Studies Semarakkan Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi

Indonesia Leadership Studies Semarakkan Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Edukasi – Indonesia Leadership Studies (ILS) menyemarakkan kolabarasi mewujudkan transisi energi. Hal ini dilakukan mengingat transisi energi menjadi salah satu isu utama yang Pemerintah Indonesia tawarkan dalam berbagai agenda nasional maupun internasional. Sebagai contoh, perhelatan G20 yang diadakan di Bali bulan November lalu menghasilkan kerja sama jutaan dolar berupa Just Energy Transition Partnership (JETP) dalam rangka akselerasi pendanaan transisi energi. 

Jajaki Potensi Blok Migas Internasional, Pertamina Gandeng ENI

Alasannya jelas, sektor energi mengarah pada pembangunan suatu negara, tergantung pada pengelolaan sumber daya yang dipilih oleh pemerintahnya. Laporan International Energy Agency (IEA) menjabarkan bahwa sektor energi membuka lapangan pekerjaan yang luas dan berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi. 
Dalam hal ini, energi terbarukan memiliki peranan penting, sebab rendahnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan menggerakan berbagai pihak untuk menggalakan transisi, baik pemerintah, pengusaha, hingga individu. 

Indonesia Leadership Studies Semarakkan Kolaborasi Wujudkan Transisi Energi

Photo :
  • Istimewa
Krisis Energi, Presiden Ekuador Umumkan Keadaan Darurat

Semangat tersebut juga dirasakan pada soft launching Indonesia Leadership Studies (ILS) pada tanggal 10 Desember 2022. Kegiatan yang didukung oleh PT PLN Persero ini diadakan di Cikajang, Jakarta Selatan. Soft launching ILS mengundang 3 narasumber yang aktif berkiprah di sektor energi dan ekonomi, yaitu Prof. Rinaldy Dalimi (Mantan Anggota DEN), Rio Adrianto (General Manager PT PLN Persero), dan Fadli Hanafi (Akademisi FEB UP). Acara ini juga dihadiri oleh Prof. Heri Hermansyah selaku Dekan FT UI.

Kegiatan dibuka oleh sambutan dan pemaparan oleh Bagas Kurniawan selaku Ketua ILS. Dia menegaskan urgensi transisi energi di Indonesia dan memberikan gambaran implementasi EBT di Indonesia. Terlebih, negara-negara di dunia sedang mendorong net zero emission di sektor energi. 

Arize dan Penari Agnez Mo, Berkolaborasi untuk Menciptakan Karya yang Menginspirasi

“Dibahasnya transisi energi di skala G20 dan global menandakan bahwa dunia bersiap-siap untuk berubah dan ILS menjadi katalisator untuk menyambutnya,” ujar Bagas dalam pemaparannya yang diterima VIVA, Jakarta, Rabu (11/1). 

Sumber energi terbarukan.

Photo :
  • U-Report

Pemaparan dilanjutkan oleh Rio Adrianto selaku General Manager PT PLN Persero. Dalam kesempatan ini beliau memaparkan mengenai rencana transisi PLN dalam jangka pendek maupun panjang. Langkah-langkah yang tertuang dalam rencana tersebut meliputi pemensiunan PLTU, implementasi biomassa sebagai campuran batu bara dengan harapan menurunkan emisi, peningkatan kapasitas energi terbarukan, pengembangan ekosistem mobil listrik.

Setelah itu, pemaparan berikutnya dibawa oleh Prof. Rinaldy Dalimi selaku Mantan Anggota DEN dan Anggota Research Group for Energy Transition 2050. Beliau membahas mengenai Net Zero Emission dan skenario-skenario tata kelola kelistrikan dunia dari segi keteknikan. Salah satu inti pemaparan ini menekankan bahwa semakin banyak individual power producers, semakin berkurang beban listrik PLN. 

Sebagai penutup, Prof. Rinaldy menyimpulkan bahwa konsep individual power producers merupakan keniscayaan yang akan memperkecil sistem tenaga listrik, membuatnya jauh lebih ekonomis daripada sistem yang lebih besar.

Pemaparan terakhir dipimpin oleh Muhammad Fadli Hanafi (Akademisi FEB UP). Adapun pembahasan yang dibawa beliau adalah EBT dalam mendorong kinerja perekonomian Indonesia. Dalam pemaparannya, beliau menunjukan bahwa 60% pembangkitan energi di Indonesia masih didominasi oleh PLTU batu bara yang disertai dengan peningkatan 8% emisi per tahunnya. 

Pembangkit listrik dari energi terbarukan, panas bumi.

Photo :
  • bp.blogspot.com

Peluang sektor EBT dalam bentuk penurunan levelized cost of energy (LCOE) serta potensinya yang melimpah membuat transisi energi fisibel di Indonesia. Nyatanya, Indonesia masih tertinggal dalam kapasitas PLTS terpasang dari Thailand dan Vietnam. Lebih lanjut, terjadi peningkatan hingga 157x pada kapasitas PLTS Terpasang Vietnam dari tahun 2018 - 2020.

Kegiatan ini disambut dengan antusiasme tinggi dari para peserta, yang berjumlah hingga 60 orang yang berasal dari berbagai kalangan. Harapannya, soft launching ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus wadah kolaboratif untuk memajukan diskursus transisi energi, baik di kalangan akademisi hingga masyarakat umum.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya