Minus Jepang, 4 Tim Berebut Tiket Final Piala Asia

Para pemain Irak merayakan gol ke gawang Iran
Sumber :
  • REUTERS
VIVA.co.id - Perhelatan Piala Asia 2015 telah memasuki babak semifinal, setelah delapan tim bertarung memperebutkan empat tiket yang tersedia. Menariknya, tak ada tim juara bertahan, sekaligus langgganan final dalam empat dari enam edisi terakhir, Jepang.
Tuan Rumah Piala Asia 2019, Dubai Siapkan Stadion Megah

Setelah Korea Selatan dan Australia memastikan tempat lebih dulu, kini Irak dan Uni Emirat Arab (UEA) yang menyegel tempat di semifinal. Keduanya bersusah payah untuk melakukan hal tersebut, lantaran harus melalui drama adu penalti yang begitu sengit. 
Taklukkan 10 Pemain Irak, UEA Raih Peringkat 3 Piala Asia

Bertempat di Canberra Stadium, Jumat 23 Januari 2015 siang WIB, pertarungan antara Irak dan Iran amat ketat sejak awal. Sardar Azmoun mencetak gol pembuka bagi Iran, sebelum kemudian dibalas hingga skor menjadi 1-1 oleh pemain Irak, Ahmed Yasin. 
Momen Horor Sepakbola Irak Terekam Kamera Penonton

Masuk ke babak extra time, kapten Irak, Younis Mahmoud membawa timnya unggul 2-1, sebelum kemudian dibalas Morteza Pouraliganji pada menit 103. Penalti Dhurgham Ismail membuat Irak memimpin 3-2, namun secara dramatis Iran mampu membalasnya, satu menit sebelum masa extra time berakhir. 

Ketegangan berlanjut ke drama adu penalti, di mana dua penendang pertama kedua tim sama-sama gagal. Dan, penendang kedelapan Iran Vahid Amiri gagal, sedangkan penendang Irak, Salam Shakir menuntaskan tugasnya dengan sempurna. Singa Mesopotamia pun berhak ke semifinal, usai menang 7-6 (3-3).

Usai pertandingan, pelatih Irak, Radhi Shenaishel memuji peran yang ditunjukkan kapten sekaligus penyerang timnya, Younis Mahmoud. Menurutnya, pemain berusia 31 tahun tersebut mampu memimpin tim dengan sempurna dan menjadi inspirator kemenangan.

"Penampian Younis sangat mengangumkan hari ini. Kami memiliki skuad muda dan membutuhkan sosok pemimpin. Dia merupakan pemain yang bakal tak disukai oleh lawan dan disenangi oleh rekan-rekan setimnya," kata Shenaishil dilansir situs AFC.

"Ada sejumlah keraguan di media, apakah dia akan bermain atau tidak, tapi saya tak mendengarkan itu. Sebagai pelatih, saya melihat apa yang dilakukan oleh pemain baik ketika latihan ataupun di lapangan. Dia bintang dan penting bagi Irak," sambungnya.

Sementara itu, pelatih Iran, Carlos Queiroz mengaku tetap bangga akan penampilan timnya, meskipun gagal melaju ke semifinal. Beberapa kali menyamakan kedudukan setelah nyaris kalah menunjukkan kalau pemain Iran tak kenal lelah dan bertarung dengan sepenuh hati.

"Para pemain Iran melakukan segalanya untuk bisa meraih kemenangan. Saya sangat bangga dengan cara mereka bermain dan bagaimana mereka bertarung. Saya mencintai mereka dan saya benar-benar bangga," kata Queiroz.

"Kami harus pulang dan itu menyakitkan karena para pemain bekerja keras, sehingga pantas mendapat lebih. Mereka juga layak mendapat respek dari fans," sambung mantan pelatih Real Madrid dan Timnas Portugal tersebut.

Pada laga selanjutnya, Jepang mencoba meladeni permainan UEA. Meski lebih gencar, Jepang mesti kebobolan lebih dulu lewat gol Ali Ahmed Mabkhout. Beruntung Samurai Biru memiliki Gaku Shibasaki yang membuat skor menjadi 1-1 dan memaksakan extra time.

Jepang tampaknya tinggal menunggu gol, setelah melakukan serangan bertubi-tubi, namun upaya-upaya mereka selalu mentah, karena minimnya akurasi. Selain itu, lini pertahanan dan kiper UEA, Majed Naser pun tampil gemilang dalam mematahkan serangan Jepang. 

Pada drama adu penalti, dua pemain yang berlaga di kompetisi Eropa, Keisuke Honda (AC Milan) dan Shinji Kagawa (Borussia Dortmund) gagal. Sedangkan hanya satu penendang Eyal Zayed yang gagal. Alhasil, UEA pun ke semifinal dengan kemenangan 5-4 (1-1).

Usai laga, pelatih UEA, Mahdi Ali mengatakan memberi motivasi khusus kepada para pemainnya. Menurutnya, dia tak menuntut para pemain untuk memainkan sepakbola sempurna, tapi yang utama adalah bermain dengan hati. 

"Kemarin, saya bilang kalau ini akan menjadi pertandingan yang berat. Kami bermain fantastis melawan Iran, tapi kemudian kalah. Dan hari ini, kami mengatakan kepada para pemain, bahwa tak dibutuhkan permainan indah untuk menang dalam sepakbola," kata Ali.

Sementara itu, pelatih Jepang, Javier Aguirre mengatakan timnya jauh lebih unggul dalam hal penguasaan bola dan menciptakan peluang demi peluang. Namun, UEA tampil untuk sepanjang hidup mereka, sehingga berhasil memaksakan skor 1-1 hingga 120 menit usai.

"Sepakbola adalah permainan mencetak gol dan kami hanya mampu mencetak satu gol, itulah kenapa skor tetap 1-1. Kami memiliki sejumlah peluang dan menguasai jalannya laga. Saya pikir, kami lebih superior daripada mereka," kata Aguirre.

Ambisi Irak rebut titel kedua
Kemenangan Irak membuka harapan untuk kembali menjadi yang terbaik di Asia, mengulangi pencapaian 2007. Bermodalkan hasil positif di fase grup dan kemenangan dramatis di perempatfinal, tim asuhan Radhi Shenaishel percaya diri melawan Korsel.

Jika mampu menyuguhkan permainan dan semangat juang ketika melawan Iran, bukan tak mungkin mereka bakal melaju ke final. Terlebih, mereka ingin menunjukkan bahwa meski sejumlah konflik terjadi di negara mereka, hal itu tak berpengaruh dalam olahraga.

Kendati demikian, lawan mereka pun tak sembarangan. Korsel merupakan satu-satunya tim di semifinal edisi kali ini, yang belum pernah imbang ataupun kalah. Bahkan, gawang mereka belum sekalipun kebobolan. Hal itu membawa akan membawa mentalitas positif di tim mereka. 

Motivasi Prajurit Taeguk bahkan semakin berlipat, karena mereka belum pernah merasakan atmosfer final Piala Asia sejak 1988. Padahal, mereka memiliki kesempatan tersebut pada 2000, 2007, dan 2011, namun kerap terhenti di semifinal.

Pertarungan antara Korsel dan Irak sendiri bakal dihelat di Stadium Australia, Sydney, Senin 26 Januari 2015. Tim dengan performa, mental, dan kejelian memanfatkan celah lawan lebih baik bakal melenggang ke final dan bertemu finalis lainnya.

Rasa penasaran Australia

Sementara itu, pada semifinal kedua, Australia akan berhadapan dengan UEA. Ini akan menjadi salah satu langkah Socceroos untuk membayar kegagalan pada edisi terakhir, Piala Asia 2011, di mana mereka takluk dari Jepang di partai puncak.

Ketika itu, Australia nyaris mencetak sejarah, dengan menjadi juara dalam debutnya di Piala Asia, namun takluk 0-1 dari pasukan Samurai Biru, pada masa extra time. Rasa penasaran pun akan mereka bawa pada edisi kali ini. Terlebih, dukungan fans akan menjadi suntikan tambahan yang amat untuk kembali ke final.

Namun, jangan anggap sebelah mata performa mengesankan UEA. Setelah meraih dua kemenangan di fase grup dan secara mengejutkan menyingkirkan juara bertahan Jepang, Eyal Zayed memiliki modal bagus untuk mengalahkan tim tuan rumah. 

Mereka juga sudah lama tak merasakan atmosfer final. Terakhir kali adalah pada 1996, di mana mereka akhirnya takluk dari Arab Saudi lewat drama adu penalti. Kali ini, bisa jadi UEA tampil lepas, meskipun tekanan dari para penonton bakal hadir sepanjang pertandingan. 

Pertandingan antara Australia dan UEA sendiri bakal dihelat di Newcastle Stadium, Selasa 27 Januari 2015. Yang jelas, kemenangan akan mendekatkan Australia menuju pesta mereka pada tahun ini, sedangkan UEA mencoba membuktikan diri sebagai salah satu tim yang patut diperhitungkan di ranah Asia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya