Juve ke Berlin, Biarkan Madrid Terperangkap dalam Kutukan

Selebrasi pemain Juventus bersama Alvaro Morata
Sumber :
  • REUTERS
VIVA.co.id
5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?
- Sejak 2003, Juventus belum lagi dekat dengan trofi Liga Champions. Namun, apa yang terjadi di Santiago Bernabeu pada Kamis 14 Mei 2015 dini hari WIB mengakhiri catatan buruk itu dan Bianconeri pun makin mendekati sejarah.

Gila, Ini Format Baru Liga Champions!
Pada pertandingan leg kedua semifinal, Juventus turun ke lapangan dengan modal kemenangan 2-1 di Juventus Stadium, sepekan sebelumnya. Tapi, harapan mereka nyaris sirna, setelah Cristiano Ronaldo mencetak gol lewat titik putih pada babak pertama.

Rangkuman Momen-momen Penting Duel Liverpool Vs Villarreal
Dalam keadaan 0-1, Madrid yang akan lolos, lantaran memiliki kelebihan gol tandang. Tapi di babak kedua, tim asuhan Massimiliano Allegri mengubah segalanya. Gol yang dilesakkan mantan pemain El Real, Alvaro Morata akhirnya membuat skor menjadi 1-1.

Hingga pertandingan usai, tak ada gol tambahan tercipta. Juventus pun meraih tiket final dan akan berhadapan dengan Barcelona. Sedangkan Madrid mesti mengubur mimpi mereka mempertahankan gelar dan menciptakan El Clasico di final.

Usai pertandingan, luapan kegembiraan tak bisa ditutupi oleh kiper sekaligus kapten Bianconeri, Gianluigi Buffon. Dan, tak mau terlalu larut, kiper gaek tersebut berharap bisa mengulangi hal sama pada final melawan Blaugrana nanti.

"Ini tampaknya sudah jadi takdir, tapi ini benar-benar berjalan sesuai yang kami harapkan. Meski demikian, kami tidak boleh ke sana untuk sekadar jadi turis," kata Buffon, seperti dilansir Football Italia.

"Kami ada di sana untuk memainkan sebuah pertandingan yang berarti sangat besar untuk kami semua. Saya sungguh bangga dengan rekan-rekan setim, atas semua kerja keras yang telah kami lakukan dan perjalanan yang kami lewati,” sambungnya.

Sang juru taktik, Allegri mengatakan bahwa timnya memang lebih layak ke partai puncak ketimbang Madrid. Pelatih asal Italia yang pernah membawa AC Milan meraih satu Scudetto itu pun memuji performa anak asuhnya, meski bermain di bawah tekanan.

"Ini hasil yang luar biasa, menyingkirkan Real Madrid. Tim ini telah menghadapi banyak rintangan. Kami selalu berusaha tampil baik dan meningkatkan permainan sepanjang waktu," kata Allegri usai pertandingan kepada Mediaset.

"Sebuah kepuasaan luar biasa berhasil melaju ke final, kami layak dengan hasil ini. Tak mudah bermain di Santiago Bernabeu, tapi anak-anak bermain dengan konsentrasi yang besar dan atas hal ini, mereka pantas mendapat pujian."

Sedangkan di pihak Madrid, pelatih Carlo Ancelotti mengatakan bahwa timnya hanya kurang beruntung di laga itu, padahal memiliki banyak kans untuk mencetak gol. Bahkan, Don Carletto menyebut performa El Real sebenarnya terbilang memuaskan. 

"Kami mengontrol pertandingan, tapi kami tidak beruntung untuk bisa mencetak gol lebih banyak. Kami punya banyak peluang mencetak gol kedua, tapi tidak mampu melakukannya," ujar Ancelotti, seperti dilansir situs resmi UEFA.

"Kami sudah kalah sejak leg pertama di Turin. Malam ini saya pikir kami menampilkan permainan terbaik, tapi hanya tidak beruntung," sambung pria asal Italia yang merupakan mantan pelatih AC Milan, Chelsea, dan Paris Saint-Germain (PSG) tersebut.

Final kedelapan dan kesempatan akhiri penantian panjang

Bagi Juventus, ini merupakan final kedelapan sepanjang keikutsertaan mereka di ajang Liga Champions. Terakhir kali mereka ke final adalah pada musim 2002-03, di mana tercipta All-Italian Final melawan Milan. Sayangnya, ketika itu mereka kalah adu penalti.

Bahkan pada dua final sebelumnya, musim 1996-97 dan 1997-98, Bianconeri pun urung juara lantaran ditumbangkan Borussia Dortmund dan Madrid. Adapun terakhir kali mereka juara adalah pada 1995-96, setelah menumbangkan Ajax di final.

Allegri sadar, catatan buruk Juventus di laga final berpotensi terulang, mengingat lawan kali ini pun bukan sembarangan, Barcelona. Tapi, pelatih berusia 47 tahun tersebut menjamin timnya tak silau akan kebesaran Blaugrana.

"Kami tahu Barcelona adalah tim yang mungkin hampir mustahil untuk dikalahkan, tapi kami percaya kemampuan kami. Dalam sebuah laga tunggal (final), apa pun bisa terjadi," kata Allegri kepada Mediaset

"Mereka sangat mematikan di depan gawang. Tetapi kami tahu apa yang bisa kami lakukan. Kami akan mencoba membawa trofi juara ke Italia," sambung pelatih yang namanya mulai terangkat ketika melatih Cagliari tersebut.

Nada optimisme juga terlontar dari mulut bek tangguh Juventus, Giorgio Chiellini, jelang partai melawan Barcelona pada 6 Juni 2015. Dikatakannya, apa yang telah ditunjukkan di Bernabeu membuat tim begitu yakin di partai menentukan nanti.

"Kami membuktikan kami bisa ke final. Sekarang kami pergi ke Berlin dengan keyakinan kami bisa menang karena kami tim kuat dan bisa mengalahkan siapapun," tegas pemain yang bakal berjumpa musuh lamanya, Luis Suarez di final nanti. 

Kutukan juara Liga Champions berlanjut

Sementara itu, kegagalan Madrid ke final memperpanjang kutukan juara bertahan Liga Champions. Seperti diketahui, sejak berubah format pada 1992, tak ada satu pun tim juara bertahan yang bisa mengulangi pencapaian pada musim berikutnya.

Catatan buruk lainnya, Madrid belum pernah lolos dari semifinal setelah kalah di pertemuan pertama. Selain itu, dalam kompetisi ini juga tercatat bahwa dari 567 duel awal yang berakhir dengan skor 2-1, hanya 49 persen yang berhasil melakukan comeback.

Belum cukup sampai di situ, Misterchip juga mencatat bila Madrid memperpanjang rekor tak pernah menang dalam 28 terakhir dari tim-tim Italia di fase gugur kompetisi Eropa atau di delapan fase gugur secara beruntun. 

Madrid terakhir kali berjumpa tim asal Italia adalah pada fase gugur musim 2007-2008,  saat itu mereka disingkirkan AS Roma pada 16 besar.  Juventus juga pernah mengalahkan Madrid di semifinal Liga Champions pada musim 2002-2003.

Terakhir kali Madrid bisa menyingkirkan tim asal Italia, yakni pada musim 1987-1988. Saat itu, Los Blancos menyingkirkan Napoli dengan agregat 3-1 pada fase knock out di kompetisi tertinggi sepakbola Eropa tersebut.

Namun demikian, bek sekaligus wakil kapten Madrid, Sergio Ramos enggan berlarut-larut dalam kekecewaan. Dikatakannya, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegagalan di semifinal Liga Champions, yang akan membuat tim semakin baik di masa depan.

"Anda belajar dan menarik kesimpulan dari kekalahan dan kesalahan. Tapi akan menjadi sangat menyakitkan jika apa yang telah dilakukan dalam satu musim ini dilupakan begitu saja. Kami terus bejuang hingga mencapai titik akhir," ujar Ramos seperti dilansir Marca.

"Ini adalah sepakbola, yang mengajarkan kepada kami jika anda bermain dengan begitu mudah, maka anda akan pulang ke rumah," kata bek berusia 29 tahun, yang memperkuat Madrid sejak 2005, setelah satu musim membela tim senior Sevilla itu.

Selain itu, kegagalan di Liga Champions membuat Madrid berpotensi hampa gelar pada musim ini. Di ajang Copa del Rey, El Real sudah tersingkir. Sedangkan di kancah La Liga, mereka dipastikan sulit mengejar Barcelona, yang unggul empat poin.

Tersisa dua laga, Madrid akan bertandang ke markas Espanyol dan menjamu Getafe. Sedangkan Blaugrana akan berhadapan dengan Atletico Madrid dan Deportivo La Corunda di laga pamungkas. Meski segalanya masih mungkin, Blaugrana lebih diunggulkan juara.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya