Akhir Tragis 'Merah-Putih' di Kancah Internasional

Para pemain Timnas Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA.co.id
Sepakbola di Asian Games 2018, Dipertandingkan atau Tidak?
- Timnas Indonesia U-23 harus menelan malu dalam laga kontra Vietnam U-23 dalam perebutan medali perunggu cabang olahraga (cabor) SEA Games 2015. Vietnam mempermalukan skuad Garuda Muda dengan skor telak 5-0.

Bahagianya Suarez Bisa Kembali Bela Uruguay

Dalam pertandingan yang berlangsung di National Stadium, Singapura, Senin 15 Juni 2015, Vietnam langsung mengunci keunggulan dengan cukup besar di babak 1. Mereka unggul 4-0, lewat gol dari Mac Huong Quan, Vo Huy Toan (2 gol), dan Nguyen Huu Dung.
Agum: Menpora Janji ke Presiden, Cabut Sanksi PSSI di April


Pada interval kedua, Que Ngoc Hai menambah pundi-pundi gol untuk Vietnam. Skuad asuhan Aji Santoso pun harus pulang dengan tangan hampa usai kekalahan telak 0-5 di partai perebutan tempat ke-3 ini.

Kekalahan ini kian memperpanjang rekor buruk Indonesia dalam laga perebutan tempat ke-3 di cabor sepakbola. Tercatat, Indonesia sudah 6 kali mengalami kekalahan dari 9 laga perebutan medali perunggu sejak 1977.

Parahnya, ini menjadi kekalahan dengan skor terbesar dari rentetan hasil buruk tersebut. Sebelumnya, kekalahan skuad Garuda yang terbesar didapat saat melawan Singapura dengan skor 1-3 pada 1993.


Ini juga bisa dibilang menjadi prestasi terburuk skuad Garuda Muda sejak SEA Games memakai format U-23 di 2001. Sebelumnya, Indonesia berhasil menempatkan diri di babak final dalam 2 edisi SEA Games terakhir (2011 dan 2013).


Menurut Aji, lolos ke semifinal sebenarnya sudah merupakan pencapaian terbaik pasukannya. Pasalnya, Evan Dimas dan kawan-kawan memang tidak memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapi SEA Games tahun ini.


"Myanmar selama setahun menggelar persiapan. Thailand dan tim lainnya juga seperti itu. Saya rasa semifinal sudah menjadi pencapaian terbaik karena kami cuma menyiapkan diri selama 20 hari," ujar mantan pemain Persebaya itu.


Gagal membawa pulang medali, Aji meminta masyarakat Indonesia tak menghakimi Manahati Lestusen dan kawan-kawan. Pelatih 45 tahun ini pun berharap masyarakat lebih bersabar agar sepakbola nasional bisa berprestasi.


"Masyarakat harus sabar. Pembangunan sepakbola itu tak bisa instan dan butuh proses. Dengan kegaduhan seperti ini, sulit sekali untuk membuat sepakbola lebih baik," ujar Aji.


Sanksi FIFA Rusak Fokus Pemain


Kekalahan mengecewakan ini semakin menyakitkan karena berlaga di SEA Games 2015 ini merupakan pertandingan internasional terakhir bagi Indonesia setelah menerima sanksi dari FIFA.


Menurut Pelatih Garuda Muda, Aji Santoso, situasi ini secara tidak langsung telah mempengaruhi mental para pemainnya. Utamanya saat mendekati laga krusial, seperti babak semifinal melawan Thailand yang digelar dua hari lalu.


"Ketika mendekati penghujung SEA Games, para pemain mulai khawatir dengan masa depan mereka. Bingung, mau ke mana dan apa yang harus mereka lakukan. Ini bukan dalih, tapi memang kenyataan atas apa yang terjadi di sepakbola nasional," kata Aji.


Situasi sepakbola Indonesia memang sedang tidak menentu. Perseteruan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dan PSSI ditambah sanksi FIFA telah menciptakan iklim yang tak sehat bagi masa depan para pemain Garuda Muda.


Pemain Timnas U-23 kini terancam menjadi pengangguran karena klub yang dibelanya bubar. Dan kapan sanksi FIFA dicabut, belum ada yang tahu.


"Saya sendiri juga bingung mau apa. Tapi, saya punya akademi. Tujuan saya sekarang, mau cetak pemain muda yang bagus," kata Aji.


Sementara itu, kapten Timnas U-23, Manahati Lestusen tak menyangkal dengan pernyataan Aji, bahwa para pemain sudah kehilangan fokus bahkan sejak laga perdana. Hal ini terkait kondisi sepakbola Indoensia yang carut marut. Tapi itu tidak mau dia jadikan alasan.


"Sejak awal memang sudah tak fokus. Sebenarnya, ini tak mau kami jadikan alasan. Kami hanya ingin menampilkan yang terbaik," kata Manahati.


Sedangkan gelandang Timnas U-23, Adam Alis, pun menyampaikan permintaan maafnya. Adam merasa cukup menyesal timnya gagal memenuhi ekspektasi dari suporter. "Kami belum bisa memberikan yang terbaik. Dan saya memohon maaf ke rakyat Indonesia atas hasil ini."


"Kami sebenarnya sadar kekurangan yang ada. Persiapan kami sangat singkat. Tim lain sudah matang. Ya, intinya kami harus belajar lagi," tambah Manahati.


Berlomba-lomba Alih Profesi


Sanksi FIFA yang mendera membuat para pemain dibayangi status pengangguran setelah pulang dari SEA Games. Sebab kompetisi terpaksa vakum. Itulah yang membuat sejumlah pemain coba beralih pekerjaan.


Mereka yang ingin meniti karir di luar sepakbola adalah Manahati Lestusen serta Adam Alis Setyano. Keduanya ingin memanfaatkan tawaran yang datang kepada mereka untuk masuk TNI Angkatan Darat.


"Ya, sudah ada rencana. Sekitar bulan delapan (Agustus) masuknya (tentara)," kata Manahati di area mixed zone. "Sekarang fokus ke sana dulu, biar masuk (TNI)," timpal Adam.


Selain Manahati dan Adam, masih ada tiga penggawa timnas U-23 lain yang ditawarkan masuk TNI AD. Mereka adalah Teguh Amiruddin, Abduh Lestaluhu, dan Wawan Febriyanto.


Namun andalan timnas U-23 lainnya, Evan Dimas mengaku belum memiliki rencana terkait masa depannya. Meski kompetisi sedang vakum, Evan tetap akan fokus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya dalam bermain.


"Saya latihan sendiri saja. Jaga kondisi biar fisik tidak menurun. Jika nantinya kompetisi digulirkan kembali, jadi saya sudah siap," tutur Evan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya