Kartu Merah Neymar yang Memberatkan Langkah Brasil

Pemain Kolombia, Jeison Murillo (22) merayakan gol ke gawang Brasil
Sumber :
  • REUTERS/Ivan Alvarado
VIVA.co.id
Neymar Segera Rambah Hollywood
- Pil pahit harus ditelan oleh Brasil saat bertemu Kolombia di penyisihan Grup C Copa America, Kamis 18 Juni 2015 pagi WIB. Dalam duel yang digelar di Estadio Monumental David Arellano itu, Brasil kalah dengan skor 0-1 dari Kolombia.

Akhirnya Brasil Lolos ke Perempatfinal Olimpiade Rio 2016
Permainan Selecao memang kurang berkembang di babak pertama. Mereka gagal menampilkan performa terbaik setelah mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Kolombia.

Brasil Akui Neymar Sedang Dalam Performa Buruk
Akhirnya, pada menit 36, usaha Kolombia membuahkan hasil. Jeison Murillo sukses mengoyak jala gawang Brasil setelah memanfaatkan kemelut di depan kotak penalti.

Brasil baru bereaksi di babak kedua. Mereka terus memberikan tekanan kepada pertahanan Kolombia. Sayangnya, tim asuhan Carlos Dunga gagal menyamakan skor.

Hasil ini membuat rekor apik Brasil dalam laga internasional terhenti. Seperti diketahui, usai menerima hasil buruk di dua laga terakhir Piala Dunia 2014, Brasil selalu meraih kemenangan dalam laga internasional mereka. 

Sebelum partai kontra Kolombia, Brasil melakoni 11 laga internasional. Dan, mereka mampu menyapu bersih kemenangan di 11 pertandingan tersebut.

Semakin manis, karena kemenangan ini membalaskan dendam Kolombia yang disingkirkan Brasil di perempat final Piala Dunia 2014. Saat itu, Los Cafeteros kalah dengan skor 1-2.

Pelatih Kolombia, Jose Pekerman, mengaku sangat puas dengan kemenangan yang diraih timnya. Pekerman menilai Kolombia memang pantas meraih kemenangan di laga kontra Brasil.

"Saya mengukur laga saat Kolombia kalah dari Brasil di Piala Dunia. Saat itu, ada perdebatan besar atas beberapa kesalahan yang dapat merusak Kolombia," kata Pekerman lewat situs resmi Copa America 2015.

"Saya melihat Kolombia sangat superior di babak pertama, dan babak kedua permainan lebih seimbang. Brasil sedikit lebih baik di babak kedua, tapi Kolombia bisa mengatasinya juga di babak kedua. Walaupun kami lebih sedikit dalam penguasaan bola," tambahnya.

Dengan hasil ini, Brasil berada di posisi 2 klasemen sementara dengan koleksi 3 poin. Sedangkan, Kolombia berada di bawahnya dengan angka yang sama. Hanya saja, Kolombia kalah agresivitas gol dari Brasil.

Dinodai Aksi Norak Neymar

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ungkapan ini pantas disematkan ke Brasil.

Selain dipaksa menelan kekalahan, Brasil juga harus menerima kenyataan bahwa striker andalan mereka, Neymar, tak bisa bermain di partai terakhir melawan Venezuela, 21 Juni 2015 mendatang.

Ya, usai laga melawan Kolombia, Neymar berulah. Merasa frustrasi tak bisa membobol gawang David Ospina, Si Bocah Ajaib yang kesal menendang bola ke arah pertahanan Kolombia meski wasit Enrique Osses sudah meniup peluit akhir pertandingan.

Bola tendangan Neymar mengenai Pablo Armero. Insiden ini memancing amarah para pemain Kolombia. Sang pencetak gol kemenangan, Jeison Murillo, mendekati Neymar dan melontarkan beberapa kalimat.

Merasa diintimidasi, Neymar kemudian menanduk kepala Murillo. Aksi striker 23 tahun tersebut membuat situasi semakin panas. 

Pemain Kolombia lainnya, Carlos Bacca, berlari dan mendorong punggung Neymar dengan keras. Melihat Neymar diintimidasi, beberapa para pemain Brasil langsung mendekati kerumunan. Salah satunya adalah Robinho yang langsung mendekati Bacca.

Atas aksinya ini, Neymar dikartu merah oleh Osses. Bacca pun tak luput dari kartu merah tersebut.

Keputusan Osses yang mengkartu merah Neymar mendapat kecaman dari kubu Brasil. Bek kanan Brasil, Dani Alves, sangat kesal dengan keputusan Osses. Menurut Alves, cara Osses memimpin pertandingan sangat buruk.

"Saya tak tahu mengapa Neymar begitu gugup. Kesalahan ada pada wasit. Mereka tahu dia (Neymar) memiliki kepribadian," ujar Alves pada TV Globo.

Belakangan, Neymar mengungkapkan alasannya mengamuk di atas lapangan saat wasit meniup peluit panjang. Pemain milik Barcelona tersebut merasa diintimidasi dengan keputusan-keputusan wasit yang tak menguntungkan Brasil.

Momentum kemarahan Neymar terjadi di penghujung babak pertama. Saat itu, Neymar menanduk bola ke gawang David Ospina dari jarak dekat.

Laju bola berhasil diblok Ospina. Namun, dia mendapatkan bola muntah yang sebenarnya bisa dikonversikan menjadi gol.

Sayangnya, Osses meniup peluit tanda terjadi pelanggaran. Osses menilai Neymar sudah dengan sengaja mengontrol bola dengan tangan dan akhirnya memberikan kartu kuning.

"Peraturan selalu digunakan untuk melawan saya. Mereka menghapus busa penanda dan tak mendapat kartu kuning. Tapi, saya dapat. Bola memang berada di tangan saya. Hanya saja, tidak aktif. Bola mengarah ke saya dan akhirnya kartu kuning keluar," kecam Neymar seperti dikutip SporTV.

"Semua sudah terjadi. Jika menugaskan wasit lemah di setiap laga, maka hal seperti ini akan terjadi. Tak ada yang membuat saya menggila. Saya hanya kesal dengan wasit s**l*n yang tidak meniup peluit dengan becus," sambungnya.

Pekerman pun menanggapi tudingan Neymar terhadap Osses. Menurut Pekerman, tak seharusnya Neymar dan para pemain Brasil menuding wasit yang bertugas sebagai biang keladi kekalahan mereka.

"Secara umum, saya tidak membicarakan wasit. Terkadang kita harus kalah dan kita tidak pernah berbicara tentang wasit," sindir Pekerman.

Tanpa Neymar, Bisakah Brasil Melaju?

Tugas berat kini dipikul oleh pelatih Brasil, Carlos Dunga. Saat dituntut meraih kemenangan di laga terakhir penyisihan Grup C, Dunga justru dipusingkan dengan absennya Neymar dalam 2 laga ke depan.

Benar, Brasil diharuskan meraih 3 poin saat berhadapan dengan Venezuela di laga pamungkas penyisihan grup, 21 Juni 2015, jika ingin lolos ke babak perempatfinal dengan aman. 

Mereka tak bisa menggantungkan harapan dari peringkat 3 terbaik. Pasalnya, persaingan di posisi ini cukup ketat.

Dunga mengaku harus berpikir keras untuk meramu tim terbaik tanpa Neymar. Sebenarnya, dia cukup yakin bisa meraih hasil positif di laga pamungkas meski tanpa Neymar.

Mantan pemain timnas Brasil tersebut mencontohkan, pasukannya pernah menang dengan skor 2-0 atas Meksiko, ketika Neymar absen. Hasil tersebut bisa menjadi acuan bagi Dunga untuk meraih 3 angka di partai pamungkas.

"Saya harus menunggu hingga besok untuk memulai berpikir bagaimana untuk bermain selanjutnya. Kami bermain tanpa Neymar sekali (saat menang 2-0 atas Meksiko) dan kami harus siap," ujar Dunga via situs resmi Copa America 2015.

"Kami ingin memainkannya, tapi itu tidak mungkin. Jadi, kami harus mencari jalan untuk mengatasinya dan memecahkan masalah kami," lanjutnya.

Dunga juga ikut angkat bicara soal kepemimpinan Osses di laga melawan Kolombia. Pelatih 51 tahun tersebut merasa kecewa dengan performa Osses.

Osses, dicurigai Dunga, memiliki dendam pribadi kepada Brasil. Pasalnya, Osses pernah memimpin laga di babak 16 besar Copa Libertadores antara Corinthians (Brasil) versus Guarani (Paraguay), 13 Mei 2015 lalu. Saat itu, dua pemain Corinthians, Fabio Santos dan Jadson diusir Osses. Akhirnya, Corinthians gagal melaju ke babak perempatfinal.

"Masalah yang sama dihadapi Corinthians dengan wasit yang sama. Ini lebih dari sekedar kebetulan. Tapi, sebenarnya tak baik membicarakan wasit usai bertanding. Tapi, menilai dari apa yang terjadi, pasti ada sesuatu dengan wasit ini," tutur Dunga. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya